Media Asuransi, GLOBAL – Munich Re dalam acara 66th Rendez-Vous de Septembre di Monte Carlo menyebutkan pasar reasuransi global diperkirakan tumbuh sebesar 2-3 persen dalam tiga tahun mendatang. Pertumbuhan ini, setelah disesuaikan dengan inflasi, akan membuat pasar reasuransi bersaing ketat dengan asuransi primer.
Munich Re, salah satu perusahaan reasuransi terbesar di dunia, memperkirakan pertumbuhan lebih kuat di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Latin, namun pertumbuhan lebih lambat di wilayah maju seperti AS dan Eropa.
Dilansir dari Reinsurance News, Selasa, 10 September 2024, pada acara tersebut, Munich Re menyoroti bencana alam, bisnis cedera, inflasi klaim, dan risiko siber sebagai area yang membutuhkan keahlian khusus dan pendekatan yang disiplin.
Data perusahaan menunjukkan tren peningkatan kerugian yang diasuransikan akibat bencana alam, dengan badai konvektif dan banjir sering kali menyebabkan kerugian lebih dari $100 miliar.
|Baca juga: Industri Asuransi Indonesia Disebut Tengah Dilanda Awan Gelap, Apa Solusinya?
|Baca juga: Waspada Darurat Kasus Monkeypox di Indonesia Ala Allianz Life
Di sektor cedera AS, Munich Re mencatat tren putusan pengadilan yang memberikan ganti rugi semakin besar, yang memperburuk tekanan cadangan klaim di industri. Sementara itu, pasar reasuransi siber terus tumbuh dengan prospek ekspansi yang signifikan.
Anggota Dewan Munich Re Stefan Golling menekankan kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko besar dan kompleks akan menjadi andalan bagi klien dalam menghadapi volatilitas klaim. Perusahaan juga tidak akan ragu untuk menghentikan bisnis yang tidak memenuhi kriteria profitabilitas berkelanjutan.
Secara umum, Munich Re menyatakan, sektor reasuransi telah mencapai keseimbangan yang masuk akal dengan permintaan yang kuat, meskipun tantangan inflasi klaim dan ketidakpastian ekonomi masih membayangi.
|Baca juga: Negosiasi Restrukturisasi Utang Bikin Widodo Makmur Perkasa (WMPP) Raih Opini WDP
Tingkat modal reasuransi, baik tradisional maupun alternatif, terus meningkat pada tahun ini, dan diperkirakan terus tumbuh seiring tingginya permintaan perlindungan. Blunck juga menekankan pentingnya mempertahankan tarif yang memadai mengingat meningkatnya risiko dan volatilitas pasar.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News