Media Asuransi, GLOBAL – Beazley, perusahaan spesialis asuransi, merilis laporan Risk & Resilience 2024 yang mengeksplorasi pandangan bisnis global tentang ancaman siber, keusangan teknologi, dan risiko kekayaan intelektual di tengah perubahan teknologi yang pesat.
Laporan menunjukkan lanskap ancaman siber semakin kompleks karena kecanggihan penjahat siber yang didorong oleh alat AI. Meskipun risiko meningkat, hanya 23 persen eksekutif yang menganggap ancaman siber sebagai perhatian utama mereka, turun dari 34 persen pada 2021.
|Baca juga: Industri Asuransi Berpotensi ‘Kaya Raya’ dari Sektor Penyimpanan Energi Baterai
Kepala Risiko Siber Global Beazley Paul Bantick mengatakan dengan inovasi teknologi yang memicu perubahan besar dan ancaman baru dari penjahat siber yang semakin canggih, kebutuhan akan strategi mitigasi risiko yang kuat semakin mendesak.
“Asuransi memainkan peran penting dalam membantu bisnis menghadapi risiko siber dan teknologi yang berkembang,” ujarnya, dikutip dari laman Reinsurance News, Rabu, 18 September 2024.
Pertahanan siber sudah memadai
Sekitar 69 persen perusahaan global merasa pertahanan siber mereka saat ini sudah memadai, meski hanya 24 persen yang berencana berinvestasi dalam keamanan siber tahun ini. Kecerdasan buatan (AI) menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi operasional, dengan 25 persen bisnis berencana berinvestasi dalam AI untuk ketahanan risiko.
Namun, hampir dua pertiga pemimpin bisnis global khawatir AI akan menyebabkan kehilangan pekerjaan. Kecepatan inovasi AI dan keusangan teknologi menjadi ancaman utama bagi 27 persen pemimpin bisnis.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News