Media Asuransi, GLOBAL – Sektor asuransi dihadapkan pada peluang besar dengan investasi sektor penyimpanan energi baterai (BESS) yang diperkirakan mencapai US$54 miliar pada 2024. Pertumbuhan ini juga diharapkan mendorong pendapatan premi asuransi energi terbarukan mencapai US$237 miliar pada 2035.
Laporan terbaru dari Howden Re, berjudul ‘Watt Now? Reinsuring the Renewable Energy Transition‘, menunjukkan energi terbarukan (RE) akan menyumbang 74 persen dari pertumbuhan konsumsi energi primer global menjelang 2030.
Dilansir dari laman Insurance Asia, Rabu, 11 September 2024, penurunan biaya teknologi seperti tenaga surya dan angin menjadi salah satu faktor utama di balik perubahan ini, yang menawarkan peluang pertumbuhan yang signifikan bagi sektor (re)asuransi.
Menurut laporan tersebut, jika semua target nasional terkait energi terbarukan dapat tercapai, premi asuransi yang dihasilkan dari sektor ini bisa mencapai US$237 miliar pada 2035. Seiring dengan berkembangnya proyek-proyek energi terbarukan, perusahaan asuransi diharapkan menyesuaikan strategi underwriting mereka dengan risiko-risiko khusus yang terlibat.
|Baca juga:Â Profil Jeffry Haryadi Manullang yang Jadi Dirut Baru Asabri
|Baca juga:Â Generali Indonesia Bayarkan Klaim Rp4,5 Miliar ke Nasabah di Semarang
Howden Re mencatat sektor asuransi telah mulai mengembangkan produk yang lebih kompleks, termasuk perlindungan untuk sistem penyimpanan energi baterai (BESS), serta aset tenaga surya dan angin.
Sebagai contoh, asuransi untuk aset tenaga surya biasanya mencakup nilai total yang diasuransikan (TIV), sementara asuransi untuk tenaga angin lepas pantai sering kali mencakup skenario berdasarkan Kerugian Maksimal yang Diperkirakan (EML), yang berkisar antara 10 persen hingga 30 persen dari TIV.
Di sisi lain, sektor BESS menghadapi tantangan dengan penerapan ketentuan perlindungan yang lebih ketat akibat risiko kegagalan baterai.
Risiko terkait iklim, seperti hujan es, badai berat, dan bencana alam juga menjadi tantangan besar bagi aset energi terbarukan. Perusahaan asuransi melaporkan peningkatan klaim akibat bahaya ini, dengan kerusakan akibat hujan es pada ladang solar menyumbang 54 persen dari total biaya klaim dalam lima tahun terakhir.
|Baca juga:Â Ini Respons OJK atas Pembelian Saham BRI MI oleh Amundi
|Baca juga:Â Panin Dai-ichi Life Resmikan Kantor Pemasaran Baru di Jakarta Barat
Dengan semakin berkembangnya sektor energi terbarukan dan BESS, para pelaku industri asuransi diharapkan dapat lebih proaktif dalam merancang produk dan strategi perlindungan yang sesuai untuk menghadapi berbagai risiko baru yang muncul.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News