Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak dunia naik lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Kondisi itu dengan Brent melampaui US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus karena meningkatnya risiko perang Timur Tengah di seluruh kawasan mengguncang investor keluar dari posisi bearish yang tercatat bulan lalu.
Mengutip The Business Times, Selasa, 8 Oktober 2024, harga minyak mentah Brent naik US$2,88 atau 3,7 persen menjadi US$80,93 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$2,76 atau 3,7 persen menjadi US$77,14 per barel.
|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024
|Baca juga: 8 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Masih Masuk Pengawasan Khusus
Minggu lalu, Brent naik lebih dari delapan persen dan WTI naik lebih dari sembilan persen dari minggu ke minggu, tertinggi dalam lebih dari setahun, setelah serangan rudal Iran pada 1 Oktober terhadap Israel menimbulkan kekhawatiran bahwa tanggapan dari Israel akan ditujukan pada infrastruktur minyak Teheran.
Emas turun
Di sisi lain, harga emas global turun pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Pelemahan terjadi karena taruhan menguat untuk pemangkasan suku bunga AS yang lebih kecil setelah laporan pekerjaan yang secara mengejutkan kuat, sementara pelaku pasar menunggu data inflasi dan komentar dari pejabat Federal Reserve untuk isyarat lebih lanjut.
|Baca juga: 5 Cara Ampuh Pertebal Dompet dengan Investasi di Reksa Dana, Mau?
|Baca juga: Mengenal Sosok Edy Tuhirman yang Pamit dari CEO Generali Indonesia
Harga emas spot turun 0,1 persen menjadi US$2.650,79 per ons, pada pukul 00.30 GMT. Harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi US$2.670,20. Sedangkan harga perak spot naik 0,3 persen menjadi US$32,26 per ons. Platinum naik 0,2 persen menjadi US$989,92 dan paladium naik 1,1 persen menjadi US$1.022,92.
Harga emas turun pada Jumat lalu waktu setempat (Sabti WIB) setelah laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan meredam ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga Fed yang agresif bulan depan, yang mendorong dolar AS.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News