Media Asuransi, JAKARTA – Sejak 2020, Bank DBS Indonesia telah menjalankan program #MakanTanpaSisa dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah sampah makanan dan dampaknya terhadap pemanasan global.
Pada 2024, program ini berkembang menjadi Food Rescue Warrior, yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pelaku usaha di sektor horeca (hotel, restoran, dan cafe), pusat perbelanjaan (mal), serta kawasan bisnis.
|Baca juga: IFG Rombak Susunan Direksi dan Komisaris Askrindo
|Baca juga: Presdir Tugu Insurance Tatang Nurhidayat Kembali ‘Borong’ Saham TUGU
Program ini mendorong partisipasi aktif dalam pengelolaan sampah makanan yang berkelanjutan dan mengatasi surplus makanan dengan mendistribusikan makanan atau bahan pangan layak konsumsi kepada masyarakat rentan.
Diluncurkan pada April 2024, program Food Rescue Warrior merupakan hasil kerja sama Bank DBS Indonesia dengan FoodCycle Indonesia yang berfokus untuk mengelola donasi makanan berlebih dari horeka untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Melalui program Food Rescue Warrior ini, Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation mengajak para mitra dan masyarakat luas untuk bahu-membahu memerangi masalah sampah makanan dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia, khususnya pilar ketiga, yakni Impact Beyond Banking yang menggarisbawahi upaya untuk menciptakan dampak positif demi masyarakat yang lebih sejahtera dan bumi yang lebih lestari.
|Baca juga: DAI Masih Menganalisa Dampak Putusan MK yang Menyatakan Norma Pasal 251 KUHD Inkonstitusional Bersyarat
|Baca juga: MK Nyatakan Norma Pasal 251 KUHD Inkonstitusional Bersyarat
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika menyampaikan dengan menyediakan kebutuhan dasar yakni makanan yang bernutrisi bagi masyarakat rentan, ini adalah bentuk komitmen nyata Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation untuk berkontribusi secara positif bagi komunitas.
“Ke depannya, kami akan fokus untuk bekerja sama dengan lebih banyak mitra untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, sejahtera, dan memiliki akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar nutrisi,” kata Mona, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 6 Desember 2025.
Tidak hanya malnutrisi pada anak, berdasarkan Indeks Kelaparan Global 2023, Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 107 negara, dengan skor 20,4 yang menunjukkan tingkat kelaparan yang serius. Selain itu, menurut Global Food Security Index (GFSI) 2022, Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan, dengan skor rata-rata 60,2.
|Baca juga: MK: Pasal 251 KUHD adalah Produk Hukum Belanda sehingga Tak Relevan Lagi
|Baca juga: Mencermati Putusan MK No. 83/PUU-XXII-2024 Uji Materi Pasal 251 KUHD
Posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam yang berada di peringkat ke-46 dan Malaysia di peringkat ke-41. Pemerintah Indonesia pun telah menunjukkan komitmen kuat untuk mengatasi isu gizi buruk dan kelaparan.
Kendati demikian, upaya kolektif, tidak hanya dari pemerintah, menjadi penting untuk memperjuangkan pemerataan gizi dan ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu pihak yang dapat mengambil peran adalah pelaku industri horeca dengan mendistribusikan kembali surplus makanan yang dihasilkan setiap harinya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News