1
1

Manufaktur Indonesia Menggeliat pada Awal Tahun 2025

Jumlah angkatan kerja di Indonesia semakin meningkat. | Foto: setkab.go.id

Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian manufaktur Indonesia memulai tahun 2025 dengan awal yang solid. Output dan permintaan baru terus naik, sementara perusahaan menaikkan susunan staf hingga pada tingkat tertinggi selama dua setengah tahun.

Indikator-indikator tersebut menggambarkan optimisme tentang masa depan, perusahaan menaikkan aktivitas pembelian dan memperkuat persediaan inventaris input dan output. Namun, inflasi biaya tetap tinggi di tengah kenaikan luas pada harga bahan baku, tetapi biaya output meningkat sedang karena beberapa perusahaan berusaha untuk mendorong penjualan melalui diskon.

Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di atas angka kritis sebesar 50,0 tanpa perubahan selama dua bulan berjalan pada bulan Januari menunjukkan ekspansi lebih lanjut di perekonomian manufaktur pada awal tahun 2025.

|Baca juga: Sektor Manufaktur ASEAN Tumbuh Moderat di Akhir 2024

Sementara, pertumbuhan masih tetap sedang secara keseluruhan, indeks headline naik ke titik 51,9 pada bulan Januari, naik dari 51,2 dan ke titik tertinggi sejak bulan Mei 2024. Data survei terkini mengungkapkan pertumbuhan output manufaktur meningkat. Produksi kini naik selama tiga bulan berturut-turut dan ekspansi pada awal tahun 2025 merupakan yang terbaik sejak bulan Mei lalu.

Kenaikan volume permintaan baru membantu mendukung output, dengan data terkini kembali menunjukkan ekspansi pekerjaan baru yang solid meski sedikit lebih lambat. Permintaan pasar dilaporkan membaik, terutama dari dalam dan luar negeri, dengan perusahaan melaporkan kenaikan berkelanjutan kedua dalam bisnis ekspor baru selama bulan Januari.

Produsen mampu memperkuat inventaris barang jadi selama tujuh bulan berjalan pada bulan Januari. Perusahaan melaporkan rencana untuk membangun inventaris gudang guna mengantisipasi kenaikan penjualan pada bulan-bulan mendatang. Alasan yang sama mendorong akumulasi stok input dan kenaikan aktivitas pada awal 2025.

|Baca juga: Menko Perekonomian: Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif di Akhir Tahun 2024

Melihat 12 bulan mendatang, secara umum perusahaan mengantisipasi ekspansi output di perusahaan mereka. Perkiraan tentang stabilitas permintaan pasar dan perekonomian secara umum diharapkan dapat membantu mendorong penjualan dan produksi pada tahun mendatang.

Perusahaan percaya diri tentang perkiraan mendatang sehingga memutuskan untuk melakukan perekrutan pada bulan Januari, menambahkan jumlah tenaga kerja mereka selama dua bulan berjalan. Terlebih lagi, tingkat pertumbuhan mengalami percepatan tertinggi selama dua setengah tahun.

Akan tetapi, kondisi ini tidak cukup untuk mencegah kenaikan (pada tingkat sedang) tumpukan pekerjaan yang belum terselesaikan. Dari segi harga, inflasi biaya input merupakan yang paling tinggi pada bulan Januari meski turun ke posisi terendah dalam tiga bulan. Panelis mencatat kenaikan secara umum pada harga bahan baku dan berusaha keras untuk meneruskan beban kepada klien melalui kenaikan harga jual.

|Baca juga: Bank Indonesia dan Pemerintah Memperkuat Sinergi untuk Menjaga Inflasi 2025

Namun demikian, dengan beberapa perusahaan waspada tentang kebutuhan untuk mendukung penjualan, inflasi biaya output masih bertahan di tingkat sedang dan turun ke posisi terendah sejak bulan Oktober lalu.

Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan sektor manufaktur Indonesia mengalami ekspansi cepat pada bulan Januari, didukung oleh kenaikan output secara bersamaan.

“Terlebih lagi, menggambarkan kepercayaan diri tentang masa mendatang, dengan produksi diharapkan naik didukung oleh perbaikan permintaan pasar pada sepanjang tahun, perusahaan menambah staf pada tingkat terkuat selama dua setengah tahun,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 3 Februari 2025.

Menurutnya, perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian, menggambarkan kepercayaan diri yang cukup baik tentang masa mendatang, menaikkan tingkat inventaris di perusahaan mereka. Kenaikan permintaan input menambah tekanan pada harga input, meski inflasi masih di bawah tingkat tren.

“Akan tetapi, perusahaan tetap berhati-hati dalam meneruskan beban biaya kepada klien, dengan data terkini menunjukkan kenaikan terbatas pada biaya output pada bulan ini.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bos Askrindo Ungkap Sejumlah Faktor yang Memengaruhi Risiko Asuransi Kredit, Apa Saja?
Next Post AAUI Beberkan Tantangan dan Usulan terkait POJK Asuransi Kredit, Berikut Lengkapnya!

Member Login

or