Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.742 atau melemah tajam 5,16 persen selama sepekan kemarin. Jika dilihat dari teknikal IHSG menggunakan time frame weekly, indeks sudah breakdown dari indikator MA200 weekly yang merupakan sinyal bearish.
Namun pergerakan IHSG pada Jumat kemarin menunjukan adanya rejection pada saat IHSG berada di area support dan membentuk candle hammer yang membuat IHSG masih mampu bertahan di area support historikalnya di level 6.600-6.700.
|Baca juga: Coreng Wajah Industri Asuransi, Dirjen Kemenkeu Jadi Tersangka Kasus Korupsi Jiwasraya
|Baca juga: Isa Rachmatarwata Ditahan Kejagung, Manajemen Telkom Beri Penjelasan terkait Posisinya sebagai Komisaris
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani memberikan dua sinyal sekaligus potensi pergerakan IHSG ke depannya. Pertama, dalam jangka pendek IHSG berpotensi untuk mengalami rebound yang ditunjukkan oleh rejection yang terjadi pada Jumat kemarin.
“Apabila IHSG akan menguat maka MA200 weekly dan resistance historikal menjadi target penguatan IHSG yang berada di level 6.880-6.970,” kata Dimas, dikutip dari risetnya, Selasa, 11 Februari 2025.
Kedua, dalam jangka menengah IHSG berpotensi untuk terus melanjutkan pelemahan yang ditunjukan dari chart weekly-nya dengan target penurunan sementara ke level support terdekat sekaligus support kunci di level 6.500-6.600. Selain itu, aliran dana asing yang masih konsisten keluar dari IHSG serta sinyal patah tren yang terjadi di beberapa saham konglomerasi.
|Baca juga: Saham BSI (BRIS) Tembus Level Tertinggi di Awal Februari, Faktor Ini Pemicunya!
|Baca juga: Porsi Investasi Industri Asuransi di SRBI Masih Kecil, OJK Bakal Lakukan Ini!
Perlu diketahui foreign flow merupakan salah satu indikator yang bersifat leading, artinya sering terjadi ketika investor asing melakukan distribusi, dalam jangka pendek terjadi hal-hal random yang akan membuat rancu dan membuat seolah distribusi investor asing terlihat ‘normal’.
Apabila, indikator ini dikonfirmasi dengan teknikalnya, seperti yang terjadi pada IHSG yang baru saja breakdown dari MA200 weekly di minggu lalu maka kedua data tersebut mengonfirmasi arah pergerakan market ke depannya.
Sentimen dan rekomendasi
Berbicara pergerakan market pada 10-14 Februari 2025, Dimas menyebutkan tiga sentimen yang wajib diperhatikan para trader, yakni sentimen musim dividen, keberlanjutan program Donald Trump, dan inflasi AS di Januari. Berkaca pada tiga sentimen tersebut PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan hal berikut:
1. Buy BMRI (Current Price Rp5.150, Entry Rp5.150, Target Price Rp5.450 (5,83 persen), Stop Loss Rp5.000 (-2,91 persen), Risk to Reward Ratio 1:2,0)
BMRI berpotensi mengalami mark up jika IHSG mengalami mark up di minggu ini. Terkait GOTO sebenarnya telah terjadi ‘selling climax‘ pada 6 Februari lalu menurut teori Richard Wyckoff. Gap yang berpotensi untuk ditutup yakni di level Rp5.450.
|Baca juga: OJK: Industri Reasuransi Dihadang Tantangan Hardening Market dan Keterbatasan Kapasitas
|Baca juga: IFRS 17 Paksa Perusahaan Asuransi di Asia-Pasifik Ubah Strategi Produk
2. Buy on Pullback PTRO (Current Price Rp2.880, Entry Rp2.750, Target Price Rp3.200 (16,36 persen), Stop Loss Rp2.650 (-3,64 persen), Risk to Reward Ratio 1: 4,5)
PTRO berpotensi mengalami mark up jika IHSG mengalami mark up di minggu ini. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk trading cepat/scalping dalam proses mark up PTRO. Selain itu, PTRO juga menjadi salah satu saham yang secara tren menjadi leader di sektor energi.
3. Buy GOTO (Current Price Rp83, Entry Rp83, Target Price Rp89 (7,23 persen), Stop Loss Rp80 (-3,61 persen), Risk to Reward Ratio 1:2,0)
GOTO menjadi leader di sektor teknologi yang menjadi penopang bagi IHSG minggu lalu. GOTO memiliki price action yang bagus dengan masih bertahan di atas MA20 di tengah market yang koreksi signifikan. Namun tidak menutup kemungkinan ketika market keseluruhan turun, GOTO pun ikut turun, oleh karenanya tetap disiplin.
4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI)
Underlying XIPI berisikan saham-saham perbankan yang berpotensi mengalami mark up memasuki persiapan musim pembagian dividen. XIPI menjadi salah satu produk Power Fund Series (PFS) yang memiliki kinerja yang baik dalam tiga tahun terakhir.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News