Media Asuransi, GLOBAL – Investor asuransi global bakal semakin gencar menanamkan modal di luar negeri sepanjang 2025. Studi pasar privat Aviva Investor 2025 mencatat lebih dari 53 persen investor berencana menambah alokasi investasi ke luar pasar domestik mereka.
Di kawasan Asia-Pasifik, tren ini lebih terasa. Sebanyak 64 persen investor di Jepang, Singapura, dan Korea Selatan siap memperbesar portofolio investasi mereka di luar negeri.
Meski demikian, alokasi dana ke utang korporasi privat masih berbeda-beda di tiap wilayah. Amerika Utara mencatatkan angka 12 persen, sementara Asia-Pasifik hanya sembilan persen, di bawah rata-rata global yang berada di level 10 persen.
|Baca juga: Kronologi Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata Jadi Tersangka Kasus Korupsi Jiwasraya
|Baca juga: Penyakit Kritis di RI Tinggi, OJK Pastikan Perusahaan Asuransi Terapkan Tata Kelola yang Baik
“Perbedaan ini mencerminkan tingkat kematangan pasar. Pasar kredit privat di APAC masih lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat,” kata Direktur Riset Pasar Privat Aviva Investors Nick Fisher, dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 12 Februari 2025.
Private equity tetap menjadi primadona, menyumbang 19 persen dari total alokasi investasi pada 2024. Di sisi lain, dana pensiun publik dan perusahaan asuransi menempatkan modal lebih sedikit, masing-masing 17 persen dan 16 persen. Sementara itu, lembaga keuangan mengalokasikan dana jauh lebih besar, mencapai 28 persen.
Di sisi lain, sektor pembiayaan terstruktur dan solusi berbasis alam masih tergolong niche, dengan alokasi masing-masing lima persen dan tiga persen. Namun, lembaga resmi berani mengalokasikan hingga delapan persen ke pembiayaan terstruktur.
Investor dari berbagai belahan dunia punya kecenderungan berbeda dalam memilih pasar. Investor Eropa lebih tertarik ke Amerika Utara daripada Asia-Pasifik. Sebaliknya, investor AS lebih agresif masuk ke APAC (62 persen) dibandingkan dengan Eropa (29 persen). Sementara itu, investor Kanada justru lebih memilih Eropa (52 persen) ketimbang APAC (33 persen).
|Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?
|Baca juga: Ekonomi China Melambat dan Suku Bunga Global Tidak Menentu, Indonesia Wajib Waspada!
Di tengah derasnya arus investasi global, risiko geopolitik jadi momok utama bagi investor dalam satu dekade ke depan. Sebanyak 73 persen responden mengaku waswas terhadap kondisi politik dunia.
Kekhawatiran ini paling banyak dirasakan oleh lembaga keuangan (80 persen) dan lembaga resmi (85 persen), serta investor dari Kanada (82 persen), China, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Spanyol.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News