Media Asuransi, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyarankan investor melirik saham sektor barang konsumsi pokok menghadapi bulan puasa dan libur Lebaran tahun ini dengan dukungan daya beli masyarakat.
Research Analyst Mirae Asset Abyan Habib Yuntoharjo mengatakan kuatnya daya beli masyarakat didukung adanya stimulus diskon tarif listrik sebesar 50 persen dari pemerintah. Mirae Asset optimistis daya beli yang terjaga dapat menjaga momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini dan sektor barang konsumsi pokok atau consumer staples.
|Baca juga: Arun Arjandas Nanwani Jadi Komisaris MAIPARK
|Baca juga: Bos Bank Mandiri: Perbankan Berperan Penting Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
“Pilihan saham utamanya adalah PT Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),” ujar Abyan, dalam Media Day: February 2025 by Mirae Asset, dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 14 Februari 2025.
AMRT adalah salah satu pemilik minimarket kebutuhan sehari-hari Alfamart yang hampir setiap waktu dibutuhkan masyarakat. Sedangkan ICBP adalah produsen utama mi instan Indomie yang hampir menjadi kebutuhan pokok di dalam negeri. Untuk AMRT dan ICBP, direkomendasikan BUY dengan Target Price (TP) di level Rp3.500 dan BUY TP Rp13.200 untuk 12 bulan ke depan.
|Baca juga: Taspen Bayarkan 800 Ribu Klaim di Sepanjang 2024
|Baca juga: Pendapatan Bancassurance Diramal Bikin Full Senyum hingga 2029
Abyan mengatakan AMRT dan ICBP dapat menjadi representasi (proxy) sektor barang konsumsi pokok (consumer staples) terutama karena sifatnya yang merupakan saham defensif. “Saham defensif adalah jenis saham yang kinerjanya cenderung stabil dan tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi,” tukasnya.
Era Trump 2.0 buat perekonomian Indonesia semakin menantang
Di sisi lain, terkait fluktuasi dan koreksi pasar saham, Senior Investment Information Mirae Asset Adityo Nugroho menambahkan, faktor eksternal saat ini dipengaruhi ketidakpastian di era Trump 2.0 yang membuat perekonomian Indonesia semakin menantang.
“Selain itu, dari faktor internal terdapat tantangan dari pengetatan dan realokasi anggaran pemerintah, yang berpotensi mengurangi fungsi APBN sebagai peredam guncangan dari dampak ekonomi global,” ucapnya.
Menurut dia, katalis positif lain perekonomian domestik berasal dari momentum Ramadan serta peluang kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang diharapkan lebih pro-growth. “Ramadan biasanya diiringi oleh peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan, dan kebijakan moneter bank sentral diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News