Media Asuransi, JAKARTA – Pasar saham saat ini berada di fase bearish sejak awal tahun hingga Jumat, 14 Maret 2025. Pengertian bearish yaitu jika harga saham menjadi lebih rendah dari 20 persen dan berlangsung dalam jangka panjang, lebih dari dua bulan. Dana asing yang keluar dari pasar saham pun sudah mencapai puluhan triliun karena investor asing mengalihkan dana ke aset di luar negari yang memberi potensi return lebih besar.
Bagaimana investor saham mensiasati hal ini di saat pasar bearish? Berikut tips yang bisa dijalankan investor.
Gunakan Uang Dingin
Satu prinsip utama dalam investasi adalah menggunakan uang dingin atau uang nganggur (idle fund) untuk investasi. Jangan sesekali pakai uang panas seperti dari uang kebutuhan sehari-hari, utang, atau uang yang akan dipakai dalam waktu dekat. Kita tidak pernah tahu kapan market akan turun. Modal dari uang panas justru bikin risikonya jadi berkali-kali lipat.
|Baca juga: Jangan Sampai Salah, Simak 4 Jenis Asuransi untuk Investasi!
Saat kita pakai uang panas untuk membeli saham dan tiba-tiba market crash tentu kita berada dalam situasi sulit. Jika kita likuidasi saham tersebut, maka uang cash kita nilainya akan berkurang jauh daripada saat membeli saham. Padahal kita butuh dana tunai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Konflik rumah tangga pun bisa terjadi bila pasangan kita mengetahui hal tersebut.
Beralih ke Value Investing
Tips pertama adalah hentikan aktivitas trading saham dan saat pasar bearish kita bisa beralih ke value investing. Value investing adalah strategi membeli saham yang valuasinya murah atau harganya jauh lebih rendah dari nilai intrinsik tapi berpotensi naik ke depannya dalam jangka panjang.
Secara timing saat pasar bearish akan ada banyak saham yang valuasinya terdiskon. Maka dari itu alokasinya boleh dimaksimalkan untuk value investing mengingat ini adalah peluang emas untuk memperbanyak saham perusahaan berfundamental kuat.
|Baca juga: 5 Langkah Jitu Maksimalkan Cuan saat Berinvestasi di Reksa Dana
Diversifikasi
Anda ingin nilai portofolio investasi Anda tidak terlalu buruk dengan menginvestasikan ke instrumen lain yang masih berpotensi cuan besar saat resesi, yaitu emas. Meski emas termasuk aset non yield tapi saat resesi dan perlambatan ekonomi, emas merupakan aset safe haven yang mengalami kenaikan harga tinggi.
Jumat lalu saja harganya sudah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu tembus US$3.000 per troy ons dan diprediksi akan naik lagi seiring perang dagang yang makin memanas dan adanya konflik perang yang belum mereda di Timur Tengah dan Ukraina-Rusia.
Pangkas Portofolio
Cara lain yang juga dapat dilakukan yakni dengan menjual saham (cutloss) yang memiliki kinerja kurang baik yang sudah lama Anda koleksi bahkan sebelum kondisi bearish. Apalagi, saham-saham tersebut bisa saja memiliki potensi yang sangat tinggi untuk ikut tambah turun harga ketika pasar sedang turun.
Selain itu, jangan takut melikuidasi saham atau ambil profit dari saham yang sudah memberi imbal hasil namun kinerjanya diragukan saat pasar bearish, tidak ada salahnya melepas saham tersebut saat ini. Dengan keluar dulu dari pasar saat bearish setidaknya, Anda dapat melindungi investasi secara keseluruhan, dengan memegang dana tunai.
Tingkatkan Dana Tunai
Ada istilah Cash Is The King. Ya, memegang dana tunai saat pasar bearish membuat Anda leluasa memilih aset yang sedang murah dan berpotensi memberi imbal hasil besar saat pasar sudah Kembali normal.
Gunakan sebagian saja dari uang tunai ini dan sisakan dana tunai karena memegang dana tunai pada dasarnya dapat memberi hasil penting dalam kondisi bear market, yakni dapat mengurangi volatilitas portofolio. Hal ini karena uang tunai merupakan jenis investasi yang tidak memiliki risiko untuk tergerus ketika terjadi penurunan harga pada saham.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News