1
1

Sejarah Perkembangan Produk Asuransi Penyakit Kritis

Ilustrasi. | Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Kita sering mendengar produk asuransi penyakit kritis. Produk asuransi ini merupakan pelengkap dari produk asuransi kesehatan. Bagaimana sejarah produk asuransi penyakit kritis ini?

Dikutip dari Economic Bulletin-Issue 56 bertajuk Opportunity of Critical Illnes Insurance Product yang diterbitkan oleh IFG Progress, asuransi penyakit kritis pertama kali diperkenalkan di Afrika Selatan pada tahun 1983 untuk memenuhi protection gap terhadap penyakit kritis atau kronis yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan berpotensi mengganggu stabilitas finansial masyarakat.

Produk ini dirancang untuk memberikan manfaat pembayaran lump sum sejumlah uang pertanggungan setelah seorang individu terdiagnosis penyakit kritis tertentu. Dana tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk biaya pengobatan, pembayaran utang, atau kebutuhan hidup sehari-hari.

|Baca juga:6 dari 10 Warga Hong Kong Tidak Punya Asuransi Penyakit Kritis

Dalam beberapa dekade terakhir, produk ini telah berkembang pesat di berbagai negara, dengan inovasi desain dan fitur yang semakin beragam. (Gatzert & Maegebier, 2015). Peran penting asuransi penyakit kritis semakin terlihat seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis di seluruh dunia.

Menurut Adhikari et al. (2010), permintaan layanan kesehatan perawatan kritis terus meningkat di tengah populasi yang menua dan menurunnya jumlah pekerja usia produktif. Sementara itu, biaya pengobatan terus meningkat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pendapatan masyarakat, menciptakan tekanan ekonomi yang signifikan.

Di Asia, terutama di China, asuransi penyakit kritis mulai diintegrasikan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi beban finansial penderita penyakit kritis. Penelitian Jiang et al. (2019) menunjukkan bahwa implementasi sistem Critical Illness Insurance (CII) di China secara efektif mampu mengurangi beban finansial penderita penyakit kritis yang diukur melalui out-of-pocket health expenditure (OOP) dan catastrophic health expenditure (CHE).

Selain itu, Critical Illness Insurance system ini juga berdampak pada peningkatan akses terhadap layanan kesehatan terutama rawat inap serta berperan terhadap pengurangan kesenjangan antara kaya dan miskin. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa desain kebijakan dan penetapan deductible yang terlalu tinggi masih menjadi tantangan utama dalam memastikan manfaat maksimal asuransi penyakit kritis di China.

|Baca juga:Tips Hindari Obesitas untuk Cegah Penyakit Kritis Ala Allianz Indonesia

Fang et al. (2018) melengkapi temuan ini dengan menunjukkan meskipun CII berhasil menurunkan catastrophic health expenditure di beberapa kota di China, sistem ini memiliki keterbatasan akibat tingginya deductible yang membatasi manfaat yang diterima oleh masyarakat.

Di India, beban ekonomi akibat penyakit kritis juga menjadi perhatian utama. Menurut Makker (2020), penyakit kritis seperti kanker, penyakit jantung, dan gagal ginjal membutuhkan biaya perawatan yang tinggi sehingga menyebabkan out-of-pocket health expenditure meningkat.

Hal ini mendorong banyak keluarga di India jatuh ke dalam kemiskinan. Hal ini mempertegas kebutuhan akan produk asuransi yang perlindungan finansial akan diagnosis penyakit dengan biaya perawatan yang tinggi. Evolusi desain produk asuransi penyakit kritis mencerminkan upaya industri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.

Osak (2018) mencatat bahwa di Polandia dan negara-negara lain, produk ini telah mengalami banyak perubahan dan transformasi. Dari awalnya hanya mencakup serangan jantung, stroke, dan kanker, cakupannya kini diperluas mencakup puluhan jenis penyakit lain. Inovasi lainnya termasuk manfaat atau fitur tambahan seperti pengembalian premi (return of premium) apabila tidak terdiagnosis penyakit kritis hingga masa asuransi berakhir.

|Baca juga:Pertimbangan Penting Sebelum Membeli Asuransi Penyakit Kritis

Transformasi yang dilakukan termasuk standardisasi definisi penyakit kritis. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi proses klaim untuk meningkatkan kepercayaan konsumen (Droste dan Yong, 2016). Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memastikan keberlanjutan produk.

Kemajuan teknologi medis yang meningkatkan deteksi dini penyakit kritis berkontribusi pada meningkatnya jumlah klaim. Hal ini berpotensi menciptakan tekanan pada profitabilitas perusahaan asuransi (Gatzert & Maegebier, 2015). Tantangan lain adalah persepsi masyarakat terhadap produk ini.

Clement (2023) menemukan bahwa di Kanada, asuransi penyakit kritis sering dianggap mahal dan sulit dipahami terutama oleh para tenaga pemasar dan agen asuransi. Kurangnya pelatihan untuk agen asuransi dan penggunaan istilah teknis dalam dokumen produk sering kali menjadi penghalang utama dalam penetrasi pasar.

Untuk mengatasi hambatan ini, perusahaan asuransi perlu berinvestasi dalam edukasi dan pelatihan. Penyederhanaan bahasa dalam materi pemasaran dan dokumen polis dapat membantu meningkatkan pemahaman konsumen. Meskipun terdapat tantangan, peluang yang ditawarkan oleh produk ini sangat besar.

Gatzert dan Maegebier (2015) mencatat bahwa peningkatan angka harapan hidup dan penurunan tingkat kematian akibat penyakit kritis menciptakan permintaan yang stabil untuk produk ini. Selain itu, inovasi produk penyakit kritis yang ada saat ini, seperti asuransi penyakit kritis dengan multiple benefits dan buy-back options membantu meningkatkan daya tarik produk di pasar yang kompetitif.

Dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa asuransi penyakit kritis tidak hanya berperan dalam mengurangi beban finansial masyarakat akibat pengeluaran layanan kesehatan atas diagnosis penyakit kritis, tetapi juga menawarkan peluang besar bagi perusahaan asuransi untuk memperluas pangsa pasar, dan mendorong pertumbuhan premi di tengah tren kebutuhan perlindungan kesehatan yang semakin meningkat.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mulai (Lagi) Olahraga Ringan Usai Lebaran
Next Post Bank DKI Lakukan Pemeliharaan Sistem, Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta

Member Login

or