1
1

PMI Manufaktur Indonesia Maret 2025 Turun Lagi

Jumlah angkatan kerja di Indonesia semakin meningkat. | Foto: setkab.go.id

Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi operasional di sektor manufaktur Indonesia terus membaik pada akhir triwulan pertama 2025. Pertumbuhan output dan permintaan baru berlanjut pada bulan Maret, meski laju kenaikannya sedikit lambat dibanding bulan sebelumnya.

Permintaan ekspor baru kembali meningkat, sementara itu ketenagakerjaan dan pembelian bertahan positif. Harapan pertumbuhan untuk tahun mendatang sedikit berubah dari posisi tinggi bulan Februari. Dari segi harga, harga input terus naik tajam meski lebih lambat di bawah rata-rata jangka panjang. Sehingga biaya output naik marginal.

Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di atas titik netral 50,0 selama empat bulan berturut-turut. Dengan angka 52,4 pada bulan Maret, turun dari 53,6 pada bulan Februari, indeks menunjukkan perbaikan sektor manufaktur Indonesia melambat namun masih tergolong moderat.

|Baca juga: PMI Manufaktur ASEAN Meningkat Signifikan pada Februari 2025

Faktor utama di balik angka PMI di atas 50,0 adalah ekspansi produksi berkelanjutan. Tingkat pertumbuhan tercatat sebagai yang terkuat kedua dalam lima bulan terakhir dan umumnya mencerminkan peningkatan pesanan baru.

Bahkan, pertumbuhan bisnis baru tetap solid selama bulan Maret, produsen mengaitkannya dengan permintaan baru dan strategi pemasaran yang lebih efektif yang mendorong permintaan. Terlebih lagi, permintaan asing untuk barang buatan Indonesia kembali tumbuh untuk ketiga kalinya dalam empat bulan.

Sejalan dengan tren permintaan baru, tumpukan pekerjaan terus meningkat dalam empat bulan terakhir. Tingkat akumulasi pada bulan Maret juga merupakan yang paling besar sejak bulan April 2023. Sehingga, ketenagakerjaan naik pada akhir triwulan pertama meski lapangan kerja baru turun ke posisi terendah dalam tiga bulan dan hanya pada kisaran rendah.

|Baca juga:PMI Manufaktur Indonesia Februari Naik, Apakah Pertanda Rebound?

Akibatnya, perusahaan kerap menyebutkan bahwa stok barang jadi yang ada digunakan untuk memenuhi pesanan, menyebabkan kenaikan stok pasca produksi paling lambat dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, aktivitas pembelian meningkat pesat pada bulan Maret, seiring dengan meningkatnya kebutuhan produksi.

Bersamaan dengan itu, bukti anekdotal menunjukkan bahwa perusahaan terus membeli dan menyimpan input lebih awal untuk memastikan kebutuhan produksi terpenuhi, sehingga inventaris praproduksi naik lima bulan berturut-turut. Namun, kenaikan permintaan input menambah tekanan pada pemasok, karena waktu pengiriman rata-rata yang makin panjang selama empat bulan berturut-turut, meski hanya sedikit.

Sejak Desember 2019, produsen barang Indonesia terus melaporkan kenaikan harga input dalam survei terbaru. Tingkat inflasi menguat namun berkurang dari kondisi pada bulan Februari dan masih di bawah rata-rata jangka panjang. Ketika harga naik, umumnya berkaitan dengan kenaikan harga bahan baku, sedangkan faktor nilai tukar berpengaruh terhadap harga barang impor.

|Baca juga: Manufaktur Indonesia Menggeliat pada Awal Tahun 2025

Perusahaan berupaya mengalihkan kenaikan biaya input ke klien dengan menaikkan harga pabrik. Namun, laju kenaikan masih tipis. Ke depannya, produsen Indonesia menunjukkan optimisme kuat terhadap perkiraan tahun mendatang.

Tingkat kepercayaan diri sedikit berubah dari posisi tertinggi dalam 35 bulan pada bulan Februari. Optimisme didorong oleh harapan bahwa pengembangan produk baru dan perbaikan ekonomi berkelanjutan akan terus mendukung permintaan baru dan produksi.

Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, mengatakan data survei bulan Maret menunjukkan hasil positif terkait kesehatan sektor manufaktur Indonesia. Kenaikan output dan permintaan baru berlanjut pada akhir triwulan pertama, tetap solid karena kondisi permintaan dan kepercayaan klien terus menguat.

“Tampaknya permintaan akan bertahan positif dalam jangka pendek dan menengah. Tingkat bisnis yang belum terselesaikan (umumnya menjadi indikator untuk aktivitas mendatang) naik tajam dalam waktu kurang dari dua tahun,” katanya dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 9 April 2025.

Sementara pertumbuhan tenaga kerja berlanjut hingga empat bulan berjalan. Terlebih lagi, optimisme terhadap tahun mendatang tetap kuat, didukung laporan bahwa perbaikan ekonomi dan pengembangan produk baru akan terus mendorong peningkatan permintaan dan output.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Laba Bersih Central Omega Resources (DKFT) Melonjak 1.329%
Next Post RUPST Hasnur (HAIS) Setujui Tebar Dividen Rp40,36 Miliar

Member Login

or