Media Asuransi, GLOBAL – Bencana banjir akibat musim monsun barat daya pada 2024 telah menyebabkan kerugian ekonomi besar di Asia Selatan di mana 80 persen hingga 90 persen kerugian yang dilaporkan tidak diasuransikan. Banjir ini memperlihatkan betapa rentannya kawasan tersebut terhadap perubahan iklim yang kian ekstrem.
Dilansir dari Insurance Asia, Kamis, 17 April 2025, laporan dari Willis Towers Watson (WTW) menyebutkan sektor-sektor penting seperti pertanian, energi, dan manufaktur menjadi yang paling terdampak. Jutaan orang terdampak di sejumlah negara, termasuk India, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh.
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
|Baca juga: Protes BPJS Kesehatan Dapat Digunakan Warga Asing, Legislator: Mereka Tidak Bayar Pajak!
Musim monsun yang makin tidak terduga dan intens ini dikaitkan langsung dengan perubahan iklim. Fenomena tersebut membuat wilayah Asia Selatan kerap dilanda bencana alam dengan dampak sosial dan ekonomi yang besar.
WTW menyoroti pentingnya penguatan strategi manajemen risiko dan pembiayaan untuk menghadapi tantangan yang terus meningkat akibat bencana alam. Tanpa perlindungan yang memadai, beban ekonomi akibat bencana dapat memperlambat pemulihan dan pembangunan jangka panjang.
Lembaga tersebut juga mendorong pengembangan solusi transfer risiko yang lebih kokoh, termasuk memperluas akses terhadap asuransi bencana. Hal ini penting untuk meminimalisasi kerugian keuangan dan memperkuat ketahanan masyarakat.
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
|Baca juga: Siap-siap! AS Bakal Terapkan Tarif Baru untuk Impor Chip dan Produk Elektronik
Selain itu, WTW menegaskan perlunya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan untuk membangun sistem perlindungan yang lebih tangguh terhadap ancaman iklim.
Banjir tahun ini menjadi pengingat serius bahwa tanpa kesiapan sistemik, Asia Selatan akan terus menjadi korban cuaca ekstrem yang menghantam perekonomian dan kehidupan jutaan orang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News