1
1

Waspada, BI Sebut Ekonomi RI Terancam Terjepit Dampak Perang Dagang AS dan China!

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu, 23 April 2025. | Foto: Media Asuransi/Muh Fajrul Falah

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mewanti-wanti potensi tertekannya perekonomian Indonesia akibat ketegangan dagang global, khususnya kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS) dan retaliasi yang dilakukan China.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan dampak dari perang dagang ini bisa menekan ekspor langsung maupun tidak langsung melalui turunnya permintaan dari mitra dagang utama. Kondisi tersebut artinya wajib diwaspadai dan perlu diantisipasi guna meredam dampak negatifnya.

“Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi, didukung dengan percepatan digitalisasi sistem pembayaran,” ujar Perry, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025, di Jakarta, Rabu, 23 April 2025.

|Baca juga: AdaKami Bukukan Penyaluran Pinjaman Rp3,94 Triliun di Kuartal I/2025

|Baca juga: Prinsip Kehati-hatian Jadi Kunci AdaKami Jaga Penyaluran Dana Tetap Sehat

Menurut Perry tekanan terhadap pertumbuhan muncul akibat kebijakan tarif AS yang menurunkan ekspor Indonesia, serta penurunan permintaan dari negara mitra dagang lain seperti China. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 akan berada sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen.

Meski demikian, ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 masih menunjukkan ketahanan dan terus terjaga. “Konsumsi rumah tangga tumbuh positif didukung keyakinan pelaku ekonomi dan kondisi penghasilan yang secara umum masih stabil,” kata Perry.

Ia juga menyoroti faktor musiman seperti belanja pemerintah terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), belanja sosial, dan peningkatan permintaan selama Idulditri 1446 H yang turut menopang konsumsi.

|Baca juga: Kebijakan Tarif Resiprokal Donald Trump Tak Berdampak Signifikan Bagi Tugu Insurance

|Baca juga: 3 Bulan Pertama 2025, PTPP Catatkan Kontrak Baru Rp6,28 Triliun

Investasi nonbangunan juga ikut memberikan kontribusi lewat meningkatnya impor alat berat, sementara ekspor nonmigas tumbuh positif didorong oleh pengiriman komoditas manufaktur seperti mesin, besi, dan baja ke kawasan ASEAN.

Secara spasial, pertumbuhan terlihat di wilayah Kalimantan dan Jawa. BI menilai penting untuk menjaga daya beli masyarakat dalam negeri serta memanfaatkan peluang ekspor yang masih terbuka guna memitigasi risiko perlambatan global.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Harga Emas Merosot Tajam Respons Redanya Perang Dagang AS-China
Next Post EcoSecurities dan ESB Luncurkan Program Indonesia Sustainable Ride

Member Login

or