Media Asuransi, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global yang disebabkan perang tarif dagang Amerika Serikat (AS).
Mengutip laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025, Kamis, 24 April 2025, IMF kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya mencapai 2,8 persen pada 2025 dan tiga persen pada 2026, turun sekitar 0,8 poin persentase dibandingkan dengan pembaruan pada Januari lalu.
|Baca juga: Bawa Kabar Buruk, IMF Sebut Risiko Stabilitas Keuangan Global Meningkat!
|Baca juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,7% di 2025, Tarif AS Jadi Biang Kerok!
Penurunan ini dipicu oleh gelombang kebijakan tarif dari Amerika Serikat yang dimulai sejak awal Februari dan memuncak pada 2 April, ketika AS menetapkan tarif hampir menyeluruh terhadap banyak mitra dagang utama seperti Kanada, China, dan Meksiko.
Tarif efektif AS kini bahkan melebihi level pada masa Depresi Besar. Negara-negara mitra pun membalas dengan kebijakan serupa, mendorong lonjakan tarif global secara keseluruhan. “Ketidakpastian kebijakan dan guncangan tarif ini merupakan pendorong utama pelemahan ekonomi,” tulis IMF dalam laporannya.
IMF juga menyatakan apabila kondisi ini berlanjut, perlambatan ekonomi akan semakin dalam. IMF sempat menyusun beberapa skenario. Dalam skenario tanpa tarif baru per April, proyeksi pertumbuhan global masih bisa mencapai 3,2 persen.
Namun dalam skenario usai 4 April, meski AS menghentikan sementara sebagian tarifnya dan menaikkan tarif terhadap China secara drastis, namun proyeksi global tetap tak banyak berubah karena ketidakpastian tetap tinggi.
|Baca juga: 3 Kursi Direksi Asuransi Jasindo Kosong
|Baca juga: Bos Sinarmas Indra Widjaja Kembali Mangkir dari Panggilan KPK
Khusus AS, IMF memotong proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi 1,8 persen, atau turun 0,9 poin dari proyeksi Januari. Inflasi juga diperkirakan naik menjadi sekitar tiga persen. Di China, pertumbuhan diproyeksikan turun menjadi empat persen, sementara inflasi turun 0,8 poin persentase.
Sementara pertumbuhan kawasan euro dipangkas menjadi 0,8 persen dan negara berkembang diproyeksi melambat ke 3,7 persen. “Keterhubungan rantai pasok global akan memperparah dampak kebijakan tarif ini karena sebagian besar barang yang diperdagangkan adalah bahan baku antarnegara,” pungkas IMF.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News