Media Asuransi, JAKARTA – Komika sekaligus investor saham Yudha Keling punya satu alasan kuat mengapa ia serius mengalokasikan sebagian besar penghasilannya untuk investasi. Hal itu lantaran dirinya tak ingin anaknya bernasib sama sepertinya sebagai sandwich generation.
“Saya ingin anak saya tidak jadi sandwich generation saja sih,” kata Yudha, kepada Media Asuransi, di Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.
Yuda mengaku mulai aktif berinvestasi sejak pandemi covid-19 melanda pada 2020, meski baru benar-benar serius dan terarah pada 2024. Awalnya, Yudha sempat tergoda saham-saham berisiko tinggi yang ramai di media sosial.
|Baca juga: CIMB Niaga Dukung Peningkatan Kompetensi BPR/BPRS
|Baca juga: Bank Mega Syariah Kucurkan Smart Multi Finance Rp100 Miliar untuk Optimalkan Pembiayaan Syariah
Namun seiring waktu, ia menyadari, strategi tersebut lebih sering berujung pada kerugian. Hingga pada akhirnya, kini ia memilih pendekatan yang lebih bijak dengan mengutamakan konsistensi dan risiko rendah.
Yudha mengaku rutin menyisihkan sekitar 50 sampai 60 persen dari penghasilannya untuk investasi. Portofolionya terdiri dari saham emiten dengan dividen jangka panjang dan saham berisiko tinggi untuk potensi capital gain. Salah satu sektor andalannya adalah saham perbankan besar yang dinilai stabil meski sedang fluktuatif.
Selain itu, ia menerapkan strategi cicil rutin ala dollar cost averaging, di mana membeli saham tiap bulan menyesuaikan kemampuan. “Saya tahu ini bukan untuk untung dua minggu. Ini buat bulanan, bahkan tahunan,” jelasnya.
|Baca juga: BNI (BBNI) Catat Transaksi Nasabah Tajir Naik 95% di Private Event BNI – Emirates Travel Fair 2025
|Baca juga: Perkuat Layanan Digital untuk Investor Muda, BNI Sekuritas Luncurkan New BIONS
Dalam situasi pasar yang masih volatile, Yudha mengaku cenderung melihat dan menunggu, terutama untuk investasi jangka pendek. Hal ini, menurutnya, karena ketidakpastian global yang masih tinggi, mulai dari arah kebijakan Presiden terpilih hingga dinamika geopolitik luar negeri.
Selain saham, Yudha juga menegaskan kepada investor khususnya investor pemula untuk menjauhi investasi bodong. “Hindari investasi yang menjanjikan keuntungan terlalu cepat, biasanya itu bodong. Kalau mau investasi, lihat dulu risikonya,” tutupnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News