Media Asuransi, JAKARTA – Gaji sudah meningkat, tapi pengeluaran juga bertambah dan tak ada yang tersisa dari penghasilan meski kebutuhan hidup tak banyak berubah. Kamu pernah mengalaminya? Jika ya, bisa jadi kamu mengalami kondisi yang disebut hedonic treadmill.
Istilah ini mulai dipopulerkan oleh Psikolog Bernama Brickman dan Campbell sejak 1971. Mereka mendefinisikan hedonic treadmill sebagai sebuah kondisi di mana level kebahagiaan seseorang cenderung stagnan meski gaya hidup telah meningkat.
Prinsip yang dianut oleh mereka yang mengalami hedonic treadmill, yaitu semakin banyak semakin baik. Maka, tidak heran jika orang-orang yang mengalami hedonic treadmill mengalami permasalahan dalam mengatur keuangan. Orang yang mengalami hedonic treadmill memiliki beberapa ciri. Pada umumnya, mereka tidak dapat membedakan kebutuhan dan keinginan.
|Baca juga: AAUI Siapkan Langkah Perbaikan Menyeluruh untuk Tekan Beban Klaim Asuransi Kesehatan
|Baca juga: Penyakit Katastropik di Indonesia Melonjak, Asuransi Kesehatan Wajib Lakukan Penyesuaian!
Mereka sering tergiur oleh barang-barang diskon yang tidak dibutuhkan atau pergi hangout ke tempat tertentu hanya untuk pamer di media sosial. Semua itu dilakukan semata-mata demi memenuhi standar sosial dan gengsi yang tinggi. Tidak heran jika pada akhirnya orang-orang yang mengalami hedonic treadmill tidak memiliki dana untuk diinvestasikan.
Mengutip Tugu Insurance, Selasa, 13 Mei 2025, jika kamu mengalaminya maka ini saatnya kamu melepaskan diri dari kondisi hedonic treadmill. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri dari hedonic treadmill agar kondisi keuanganmu lebih stabil yaitu:
Melatih kesadaran
Sikap konsumtif berlebihan sering kali datang dan tak bisa kita kendalikan karena kita mengambil keputusan dalam kondisi tidak sadar sepenuhnya. Pusatkan perhatianmu pada apa yang terjadi saat ini. Ketika kamu ingin membeli suatu barang, pertimbangkanlah banyak hal sebelum kamu benar-benar membayarnya. Apakah kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut?
|Baca juga: Asuransi Kecelakaan dan Kesehatan RI Diramal Meroket 13,4% hingga 2029, Apa Pendorongnya?
|Baca juga: Klaim Asuransi Kesehatan Tinggi, IFG Progress: Tidak Sehat bagi Industri!
Apakah kamu harus membelinya sekarang juga dan tidak bisa ditunda lain waktu? Apakah kamu bisa menggantinya dengan barang lain yang lebih murah atau dalam jumlah yang lebih sedikit? Dengan mengambil keputusan secara sadar, kamu akan lebih mampu memilih barang mana yang perlu kamu beli atau tidak, sehingga pengeluaran jadi berkurang.
Miliki tujuan keuangan yang jelas
Rencanakanlah tujuan keuanganmu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, dalam beberapa tahun ke depan kamu ingin membeli rumah, ingin berlibur ke luar negeri, atau ingin memiliki dana pensiun dalam jumlah tertentu.
Dengan tujuan keuangan yang jelas, kamu akan lebih mampu menahan diri untuk tidak membelanjakan dana yang kamu punya hanya untuk kesenangan semata. Kamu juga dapat mengatur strategi keuangan yang tepat agar tujuan keuangan tersebut dapat benar-benar tercapai pada waktu yang kamu targetkan.
Buat anggaran keuangan
Agar tujuan keuangan yang telah kamu tetapkan dapat berjalan dengan konsisten, kamu perlu menyusun anggaran keuangan. Buatlah daftar kebutuhan hidup yang harus kamu penuhi setiap bulannya. Tentukan skala prioritas dari semua kebutuhan tersebut agar kamu tidak terjebak pada perilaku konsumtif.
|Baca juga: SEOJK Penguatan Ekosistem Asuransi Kesehatan Siap Meluncur, AAUI Minta Industri Asuransi Berbenah
|Baca juga: AAUI Canangkan Penyusunan Clinical Pathway Nasional untuk Tekan Klaim Asuransi Kesehatan
Utamakan pengeluaranmu untuk kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti kebutuhan makan sehari-hari, pembayaran listrik dan air, serta dana pendidikan. Jangan lupa alokasikan juga penghasilanmu untuk asuransi dan dana darurat, sehingga kamu dapat mengantisipasi jika terjadi hal tak terduga seperti sakit, musibah atau kehilangan.
Melunasi utang dengan segera
Terkadang, berutang menjadi salah satu solusi keuangan dalam keadaan mendesak. Namun, ingat bahwa berutang akan membuat kondisi keuanganmu menjadi tidak stabil. Karena itu jika kamu terpaksa berutang, hindari pinjaman dana dengan bunga besar. Ketika kamu menerima gaji, jadikan pelunasan utang sebagai salah satu poin prioritas.
Kenapa? Karena menunda pembayaran hutang bisa jadi akan membuat utangmu semakin menumpuk dan denda menjadi lebih besar, sehingga proses pelunasannya semakin membebanimu.
Rutin menabung dan mulai berinvestasi
Jika kamu ingin memperbaiki kondisi keuangan, tentu saja menabung dan berinvestasi adalah hal yang wajib kamu lakukan. Saat baru menerima gaji, segera alokasikan sebagian penghasilan tersebut untuk ditabung. Jangan menunggu sisa di akhir bulan, karena hampir dapat dipastikan tidak akan ada yang tersisa.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News