Media Asuransi, MALANG – GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi nirlaba yang didirikan oleh Grup GoTo, bersama changemakers, pemangku kepentingan, dan masyarakat, meluncurkan inovasi agribisnis kopi berkelanjutan bertajuk ‘Gandrung Tirta‘ lewat program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0.
Menggabungkan teknologi Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan program pemberdayaan masyarakat, inisiatif ini mendukung para petani, pemuda, dan ibu rumah tangga di Desa Ketindan, dalam memanfaatkan peluang pasar kopi domestik yang diperkirakan akan terus meningkat.
|Baca juga: Menkeu: Pemerintah Pastikan APBN Lindungi Masyarakat dan Dukung Pertumbuhan Berkelanjutan
|Baca juga: Ditanya BEI, Begini Penjelasan Manajemen PTPP tentang Volatilitas Transaksi
Sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia, Indonesia masih menghadapi tantangan produktivitas kopi yang rendah, menduduki peringkat ke-14 dunia. Kondisi serupa terjadi di Desa Ketindan, Malang, di mana tingkat produktivitas 200 petani kopi fine robusta baru 43 persen, sehingga menghambat keefektifan aktivitas perkebunan dan pemenuhan permintaan pasar.
Untuk mengatasi tantangan ini, Ketua GoTo Impact Foundation Monica Oudang menekankan pentingnya membangun keberanian dan kapasitas setiap individu untuk mendorong perubahan positif.
“Selama lima tahun bergerak bersama 138 changemakers, kami mempelajari perubahan sistemik dan berkelanjutan bukan hanya tentang menghadirkan solusi yang tepat sasaran, tapi bagaimana masyarakat bisa berdaya agar inovasi terus tumbuh di masa depan,” ujar Monica, dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu, 7 Mei 2025.
|Baca juga: Lakukan Transisi PSAK 117, Kinerja Keuangan Konsolidasi Triwulan 1 Tugu Insurance Solid
|Baca juga: Kelas Rawat Inap Standar Jadi Harapan Perbaikan Layanan BPJS Kesehatan
Dengan pendampingan intensif di Catalyst Changemakers Lab (CCLab), GIF mendorong para changemakers, termasuk Gandrung Tirta, untuk mampu berinovasi secara kolektif dan kontekstual. Tujuannya bukan mengejar peningkatan produktivitas kopi semata.
“Namun juga menyelesaikan akar permasalahan dengan menempatkan petani sebagai mitra dan meningkatkan minat generasi muda di bidang perkebunan,” tukasnya.
Untuk mewujudkan misinya, Gandrung Tirta, yang merupakan hasil sinergi dari empat organisasi, Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social, mengembangkan tiga strategi utama, yaitu:
- Teknologi pertanian. Pemanfaatan teknologi IoT dan AI membantu petani meningkatkan kualitas, konsistensi, dan produktivitas pertanian kopi. Petani bisa memantau kesehatan tanaman dengan informasi berbasis data terstandar dari jarak jauh, mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat sehingga mengurangi risiko gagal panen.
- Pengelolaan limbah organik. Memberdayakan ibu rumah tangga untuk mengelola limbah kulit kopi menjadi produk bernilai tambah seperti dompet kulit, bingkai kacamata, dan jam tangan. Sebagai bagian dari pendekatan berkelanjutan, program ini juga memanfaatkan kembali limbah kopi untuk aktivitas perkebunan melalui produk anti-pest dan coffee peat, serta mengolah limbah organik dari kotoran hewan ternak menjadi pupuk cair dan pupuk padat.
- Program pemberdayaan lembaga dan pemuda. Kegiatan edukasi dan pelatihan yang berfokus pada budi daya kopi berkelanjutan, wirausaha, dan tata kelola kelembagaan untuk kelompok tani dan pemuda desa. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka sehingga dapat mendukung terciptanya agribisnis kopi yang berkelanjutan.
Perwakilan Konsorsium Gandrung Tirta Nasrullah Aziz menyampaikan penerapan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budi daya kopi berkelanjutan hingga 80 persen, serta mendorong peningkatan produktivitas kopi 18 persen pada tahun pertama.
|Baca juga: AAUI Siapkan Langkah Perbaikan Menyeluruh untuk Tekan Beban Klaim Asuransi Kesehatan
|Baca juga: Penyakit Katastropik di Indonesia Melonjak, Asuransi Kesehatan Wajib Lakukan Penyesuaian!
“Seiring peningkatan tersebut, pendapatan petani diharapkan naik hingga 15 persen,” ungkapnya.
Kepala BAPPEDA Kabupaten Malang Tomie Herawanto turut mendukung Gandrung Tirta sebagai mitra strategis guna mengakselerasi target indeks ekonomi hijau sebesar 66,84 persen pada 2045. Pengembangan agribisnis tidak hanya soal peningkatan produktivitas untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan keberlanjutan daya dukung SDM dan lingkungan.
“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ambil bagian dalam inovasi Gandrung Tirta demi terwujudnya transformasi ekonomi hijau dan masyarakat Malang yang lebih sejahtera,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News