1
1

Meluruskan Miskonsepsi tentang Financial Planning

Ilustrasi. | Foto Allianz

Media Asuransi, JAKARTA – Buat sebagian orang, istilah financial planning atau perencanaan keuangan mungkin terdengar berat. Kesan yang muncul seolah-olah ini adalah hal yang hanya relevan untuk mereka yang hidup serba berkecukupan, berpakaian rapi, punya aset di mana-mana, dan duduk manis di balik meja kantor tinggi.

Kalau kamu pernah berpikir seperti ini, artinya kamu sedang terjebak dalam salah kaprah soal perencanaan keuangan. Padahal sebenarnya, financial planning itu bukan soal seberapa besar penghasilan seseorang. Justru, perencanaan keuangan adalah pengetahuan dasar yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang dewasa, tanpa terkecuali. Ya, termasuk kamu.

|Baca juga: Kebijakan Moneter BI Diperkirakan Tetap Akomodatif Sepanjang 2025

|Baca juga: Asperindo Dukung Permen Komdigi tentang Aturan Free Ongkir

Faktanya, orang yang memiliki penghasilan besar sekalipun tetap bisa mengalami masalah keuangan jika tidak mengelolanya dengan baik. Banyak contoh nyata tentang individu yang secara finansial terlihat mapan, tapi akhirnya terjebak utang atau bahkan bangkrut karena abai terhadap prinsip-prinsip pengelolaan keuangan.

Jadi, penting untuk mulai mengubah cara pandang. Perencanaan keuangan bukan milik kalangan tertentu saja, tapi merupakan kebutuhan primer yang bisa membantu kamu mencapai stabilitas dan ketenangan dalam menjalani kehidupan.

Melansir laman OCBC, Jumat, 30 Mei 2025, financial planning adalah strategi untuk mengelola keuangan dengan efektif dan efisien. Efektif dalam artian dapat memenuhi semua kebutuhan kita, efisien dalam artian tidak ada uang yang keluar kecuali ada nilainya.

Perencanaan keuangan juga biasa dipakai untuk proteksi keuangan di masa depan dan hari tua. Dana darurat, dana pensiun, adalah bagian yang tak terpisahkan dari financial planning.

|Baca juga: Buana Finance (BBLD) Kantongi Kredit Rp200 Miliar dari Bank KEB Hana

|Baca juga: Bank Mandiri: Akselerasi Ekonomi 2025 Butuh Penguatan Sinergi Fiskal dan Moneter

Betul, financial planning ini bisa dibilang termasuk investasi jangka panjang, karena mengamankan keuangan kita untuk masa-masa yang tak terduga. Tapi, jelas yang namanya investasi itu hasilnya tidak instan. Kalau instan namanya pesugihan.

Apakah itu berarti financial planning hanya berbentuk investasi-investasi belaka? Tentu saja tidak. Ini juga merupakan miskonsepsi yang sering terjadi. Investasi itu hanya salah satu instrumen yang bisa kita gunakan untuk mengamankan keuangan, tetapi itu bukan satu-satunya cara.

Mengatur pos pengeluaran, itu juga termasuk perencanaan keuangan. Jaman sekarang ada banyak aplikasi yang bisa mengoptimalkan pos-pos pengeluaran ini, jadi kita bisa melakukan evaluasi setiap bulannya. Kita boros di bagian mana, jadi ketahuan.

Teknik lainnya yang juga umum adalah dengan bikin usaha. Tidak usah yang ribet-ribet kayak bikin startup. Kita dagang makanan di kaki lima itu juga termasuk berbisnis, lho. Ada perputaran uang di situ. Khususnya kalau kamu punya bakat jualan, jelas ini bisa menaikkan kapasitas keuanganmu. Termasuk perencanaan keuangan juga.

Apa lagi prinsip yang wajib kita ketahui dalam perencanaan keuangan? Dalam perencanaan keuangan, ada satu hal yang krusial sekali yang perlu kamu ingat: jangan berpatokan sama standar orang lain. Ini, nih. Orang gagal merencanakan keuangannya sering kali juga gara-gara sirik sama tetangganya, temennya, saudara, dan lain-lain.

Akibatnya, banyak barang-barang yang tidak seharusnya kita beli, jadi masuk keranjang belanja. Temen punya hp 5G terbaru, langsung ingin beli hp 100G. Itu sinyal internetnya juga ngambil dari Galaksi Andromeda. Pokoknya ingin keliatan lebih gitu.

|Baca juga: Vale Indonesia (INCO) Tebar Dividen 60% dari Laba 2024, Setara Rp569 Miliar

|Baca juga: OJK: Asosiasi Asuransi Tengah Menyusun Proposal untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis

Ya, ngerti, sih. Orang Indonesia itu kompetitif sekali. Tapi ya tidak begitu juga. Merencanakan keuangan adalah komitmen seumur hidup, karena itulah diperlukan kedisiplinan dan kesabaran jika kamu ingin rencana keuangan ini berhasil dan berjalan dengan lancar. Atur prioritas. Tidak semua yang dimiliki orang harus dibeli juga, keleus.

Pastikan juga kamu tidak berutang demi kebutuhan yang sebenernya belum perlu-perlu banget. Contoh: berutang untuk memperbarui gadget, padahal gadget yang sekarang masih sangat capable menangani aktivitas sehari-hari.

Kuncinya adalah know your priority.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Transformasi Asuransi Jiwa Syariah Diyakini Berdampak Nyata untuk Keuangan yang Lebih Inklusif
Next Post Dukung Hilirisasi Industri Nikel di Indonesia, Danantara dan INA Jalin Kemitraan Strategis dengan Eramet

Member Login

or