Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini perang dagang akan terus berlangsung di masa mendatang yang akhirnya ketidakpastian bakal terus mengintai perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Penting pada kondisi seperti ini adalah mencermati sektor mana yang terdampak paling besar.
“Seperti saya katakan tadi, kondisi perang dagang global akan jalan terus. Kita harus melihat industri dan sektor yang risiko terdampaknya terbesar. Apalagi terkait dengan industri padat karya,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, di Jakarta, Selasa, 20 Mei 2025.
|Baca juga: Upaya Mendorong Peran Nyata Industri Asuransi dalam Program MBG
|Baca juga: OJK: Perbankan Tengah Memasuki Revolusi Teknologi yang Signifikan
Ia menilai harus ada upaya yang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh untuk meminimalisir risiko yang muncul dari perang dagang yang sedang terjadi. “Tidak bisa salah satu saja. Tentu aspek pembiayaan menjadi salah satu yang utama tapi juga kondisi terhadap investasinya,” kata Mahendra.
Melihat secara keseluruhan yang dimaksudkan Mahendara yakni bagaimana menghadapi adanya impor ilegal dari berbagai produk tekstil, garmen, dan lain sebagainya. “Bagaimana juga menghadapi ketidakpastian dalam berusaha. Ini yang harus dilihat sebagai satu-kesatuan,” ucap Mahendra.
|Baca juga: Aplikator Potong Komisi Ojol, Ketua DPR: Kita Cari Win-win Solution yang Terbaik!
|Baca juga: Bos OJK Blak-blakan tentang Merger Adira Finance dan Mandala Finance
Selain itu, masih kata Mahendra, yang juga tak kalah penting adalah bagaimana penerapan strategi dan kebijakan di masing-masing industri. “Bagaimana strategi dan kebijakan industri kita untuk produk tekstil. Untuk sepatu bagaimana? Untuk elektronik bagaimana? Untuk toys dan games bagaimana? Karena itu yang terkenal,” tegasnya.
“Apakah ini menjadi tetap andalan dan diperkuat? Atau ada upaya untuk membangun suatu ekosistem yang lebih baik? Sehingga di situ bisa dilihat bagaimana peran dari struktur pembiayaan yang tepat. Jadi menjadi bagian dari satu kesatuan,” ungkapnya.
Meski sedang dihadang ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang, namun Mahendra memandang tetap ada kesempatan yang bisa dioptimalkan demi memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, perekonomian Tanah Air terbukti berkelanjutan dan mempunyai daya tahan.
|Baca juga: Bank Mega Syariah Perkuat Sistem Deteksi Dini Cegah Rekening Dormant
|Baca juga: Aset Tugu Naik Jadi Rp30,1 Triliun hingga Maret 2025 di Tengah Transisi PSAK 117
“Karena di satu sisi kondisi global akan tetap penuh tantangan, tetapi kita sudah lihat bagaimana kita menjaga resilien dan stabilitas di dalam negeri. Jangan lupa ini kesempatan bagi kita dan sebenarnya cukup baik,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News