Media Asuransi, JAKARTA – Sektor manufaktur ASEAN mencatat penurunan solid pada kondisi operasional di pertengahan 2025. Penurunan tajam pada permintaan baru merupakan yang tercepat sejak bulan Agustus tahun 2021, menyebabkan penurunan output, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan.
Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global turun dari 47,4 pada bulan Mei menjadi 46,9 pada bulan Juni. Ini menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kesehatan sektor produksi barang.
Dan lagi, angka headline merupakan yang terendah kedua sejak bulan Agustus 2021 (setelah bulan April tahun ini) dan menunjukkan penurunan solid pada kondisi operasional pabrik. Penyebab utama penurunan adalah penurunan tajam permintaan atas barang produksi Indonesia. Permintaan baru turun selama tiga bulan berturut-turut dengan tingkat kontraksi paling kuat sejak bulan Agustus 2021.
Anggota panel melaporkan bahwa aktivitas pasar tidak begitu aktif karena klien enggan melakukan pesanan baru. Data menunjukkan bahwa penurunan penjualan berasal dari pasar domestik karena produsen Indonesia menyampaikan bahwa tidak ada perubahan pada bisnis ekspor baru setelah dua bulan penurunan. Sehingga output pabrik Indonesia kembali turun pada bulan Juni.
|Baca juga: Kinerja Manufaktur ASEAN Lanjutkan Penurunan pada Mei
Penurunan tergolong solid, namun sedikit reda dari kondisi bulan Mei. Penjualan dan produksi terhenti sehingga mendorong perusahaan mengurangi kapasitas dengan jumlah tenaga kerja turun dua kali dalam tiga bulan dan pada laju tercepat dalam hampir empat tahun. Penurunan permintaan domestik dan output mengurangi tekanan kapasitas karena tumpukan pekerjaan berkurang pada bulan Juni. Namun, laju penurunan masih terbilang marginal.
Data terkini juga mengarah pada penurunan aktivitas pembelian di antara produsen Indonesia. Pembelian input turun selama tiga bulan berturut-turut, meskipun hanya pada tingkat sedang. Pada waktu yang sama, stok inventaris pradan pasca produksi turun selama tiga bulan berturut-turut dengan penurunan lebih tajam pada stok pasca produksi.
Berkurangnya tekanan pemasok di tengah penurunan kebutuhan produksi juga mendukung percepatan waktu pengiriman dua kali dalam tiga bulan. Sementara itu, tekanan biaya pabrik tetap solid pada akhir triwulan kedua.
|Baca juga: Kinerja Sektor Manufaktur Indonesia pada Mei 2025 Masih Lesu
Panelis secara umum mengaitkan kenaikan terkini pada beban biaya dengan kenaikan harga bahan baku, meski tingkat inflasi harga input merupakan yang terendah sejak bulan Oktober 2020. Selanjutnya, perusahaan menaikkan harga jual sedikit sebagai upaya menjaga harga barang agar tetap kompetitif.
Melihat ke depan, tingkat optimisme terhadap perkiraan output 12 bulan mendatang turun dibandingkan bulan Mei dan di bawah rata-rata jangka panjang. Faktanya, tingkat kepercayaan diri merupakan yang terendah sejak bulan Oktober lalu karena beberapa perusahaan khawatir tentang kondisi perekonomian global.
Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, mengatakan data dikumpulkan pada 12-23 Juni 2025. “Penurunan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin cepat pada pertengahan tahun 2025, menjadi tanda kurang baik untuk beberapa bulan ke depan,” katanya dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 1 Juli 2025.
Dia menjelaskan kondisi permintaan berdampak buruk terhadap pertumbuhan, penjualan turun tajam sejak bulan Agustus 2021 sehingga menyebabkan penurunan produksi. Penurunan penjualan sebagian besar dari pasar domestik, sedangkan penjualan ekspor stabil pada bulan ini. Penurunan permintaan baru mendorong perusahaan menjalankan strategi retrenchment dengan mengurangi tenaga kerja dan aktivitas pembelian.
“Ke depannya, perusahaan kurang begitu optimis terhadap perkiraan output, kepercayaan diri turun ke posisi terendah dalam delapan bulan. Kepercayaan diri sedikit turun di tengah kekhawatiran tentang kondisi perekonomian global dan potensi dampaknya terhadap sektor manufaktur Indonesia.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News