Media Asuransi, JAKARTA – Setelah naik selama 15 bulan berturut-turut, sektor produksi barang ASEAN melaporkan penurunan kinerja manufaktur pada bulan April, dengan data terkini menunjukkan penurunan bertahan hingga bulan Mei.
Indikator utama termasuk output, pesanan baru, ketenagakerjaan, dan inventaris bahan baku, semuanya menurun. Kinerja vendor juga menurun. Waktu pengiriman input diperpanjang setelah bertahan stabil pada bulan lalu.
Kabar baiknya, tekanan harga berkurang, dengan perusahaan juga menaikkan biaya pada kisaran rendah. Namun, penyesuaian ini sebagian menggambarkan tren penurunan permintaan pasar.
|Baca juga:Kinerja Sektor Manufaktur Indonesia pada Mei 2025 Masih Lesu
Purchasing Managers’ Index™ (PMI) Manufaktur ASEAN dari S&P Global mengungkapkan penurunan kondisi pengoperasian dua bulan berturut-turut di seluruh wilayah ASEAN pada bulan Mei. Penurunan terakhir cenderung kecil dan rendah, tetapi indeks naik dari 49,2 dari 48,7 pada bulan April.
Kenaikan kecil pada indeks headline didukung oleh penurunan output tingkat rendah. Akibatnya, perusahaan menyesuaikan angka tenaga kerja, aktivitas pembelian, dan stok dengan penurunan di semua area yang menunjukkan tingkat keparahan rendah dari yang lain pada bulan April.
Namun demikian, pesanan baru yang diterima sektor manufaktur ASEAN turun lebih cepat. Pesanan baru dari pasar domestik juga turun, menunjukkan situasi permintaan yang menantang. Tingkat penurunan, meski sedang, merupakan yang paling kuat sejak Agustus 2021, masing-masing lima bulan.
Beban Biaya
Situasi penurunan permintaan berarti bahwa perusahaan di seluruh wilayah ASEAN menghadapi beban biaya yang lebih besar. Faktanya, laju inflasi harga input surut ke yang paling lambat dalam lima tahun. Harga output naik pada laju lebih lambat dibandingkan biaya input, dengan tingkat inflasi biaya sedikit dan paling lemah sejak periode inflasi harga output dimulai pada bulan November 2020.
Produsen ASEAN menunjukkan perkiraan yang sedikit optimis terkait output pada tahun mendatang, meski kinerja sektor menurun. Akan tetapi, tingkat kepercayaan diri secara umum masih lemah, di peringkat dua terendah sejak bulan Juli 2020.
|Baca juga: Indef: Target Inflasi di 2026 Cukup Realistis
Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom di S&P Global Market Intelligence mengatakan sektor manufaktur ASEAN terus menghadapi tantangan pada pertengahan triwulan kedua, dengan kondisi pengoperasian terus menurun.
“Meski penurunan terkini berkurang, sebagian disebabkan berkurangnya penurunan output, tenaga kerja dan aktivitas pembelian, namun penurunan pesanan baru semakin intensif menandai penurunan tajam sejak bulan Agustus 2021,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 4 Juni 2025.
Penurunan yang besar ini, ditambah dengan rasa optimisme yang rendah di antara panelis industri, menunjukkan bahwa sektor ini mungkin menghadapi kesulitan berkelanjutan dalam mencapai pertumbuhan pada tahun mendatang.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

