Media Asuransi, JAKARTA – Laporan riset IFG Progress terbaru, Insurance quarterly Reporting Kuartal I/2025 menyebutkan bahwa alokasi aset investasi industri asuransi jiwa pada kuartal I/2025 masih didominasi oleh instrumen obligasi. Nilai investasi ke obligasi mencapai 49 persen dari total aset investasi, atau mencapai Rp254 triliun.
Hasil riset menyebutkan bahwa, investasi terbesar kedua dialokasikan pada saham dengan porsi 22 persen atau sebesar Rp114 triliun, diikuti oleh reksa dana sebesar 12 persen dari total aset investasi.
|Baca juga: Alokasi Investasi Industri Asuransi Umum Didominasi Obligasi, Tembus Rp59,6 Triliun di Kuartal I/2025
Kinerja investasi industri asuransi yang mayoritas dalam obligasi sangat dipengaruhi oleh pergerakan valuasi yield obligasi, baik yang diterbitkan oleh negara maupun korporasi. Hasil investasi asuransi jiwa secara kesuluruhan masih membukukan kinerja positif yaitu sebesar Rp631 miliar, meskipun nilainya turun signifikan hingga 94,8 persen yoy dari tahun sebelumnya.
“Pada bulan Maret 2025, pasar obligasi Indonesia bergerak bearish yang terdorong oleh ketidakpasian global. Dimulainya kebijakan tarif AS meningkatkan kekhawatiran perang dagang yang dapat memicu perlambatan ekonomi global,” demikian hasil riset IFG Progress yang dikutip, Selasa, 1 Juli 2025.
|Baca juga: Pendapatan Underwriting Topang Bisnis Industri Asuransi Umum di Kuartal I/2025
Disebutkan, valuasi yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami peningkatan secara keseluruhan, terutama pada tenor-tenor pendek dan menengah. Rata-rata yield obligasi pemerintah dengan tenor 1-5 tahun tercatat meningkat hingga 5,4 persen yoy dibandingkan kuartal I/2024.
Sejalan dengan obligasi tenor pendek, obligasi dengan tenor menengah 6-15 tahun mencatatkan rata-rata peningkatan yield sebesar 5,2 persen yoy. Sementara yield obligasi pemerintah tenor panjang yaitu 16-30 tahun meningkat tipis sekitar 3,2 persen yoy pada periode yang sama.
Peningkatan yield obligasi ini berdampak langsung pada penurunan nilai pasar obligasi yang dimiliki industri asuransi, sehingga memberikan tekanan terhadap kinerja portofolio investasi secara keseluruhan.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News