Media Asuransi, JAKARTA – PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) berhasil mengalami pertumbuhan kinerja yang positif pada 2021 dengan ditopang pertumbuhan laba bersih yang signifikan. Realisasi perseroan tersebut lebih tinggi dibandingkan kinerja industri reasuransi secara umum.
Berdasarkan laporan keuangan audited per 31 Desember 2021, perseroan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp26,86 miliar pada akhir 2021. Realisasi itu bertumbuh sekitar 93,51 persen bila dibandingkan laba setelah pajak perseroan pada 2020 yang tercatat sebesar Rp13,88 miliar.
Sedangkan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per Desember 2021, industri reasuransi secara kumulatif mencatatkan rugi setelah pajak senilai Rp610,28 miliar. Realisasi itu turun signifikan dibandingkan akhir 2020 yang masih mencatatkan laba setelah pajak senilai Rp593,84 miliar.
Presiden Direktur Tugure, Adi Pramana, menjelaskan bahwa pencapaian positif tersebut tidak terlepas dari upaya perseroan untuk menyeimbangkan portofolio bisnis, khususnya untuk lini reasuransi umum. Tugure mengubah portofolio bisnis, terutama pada asuransi kebakaran atau properti sehingga pada 2021 komposisinya lebih berimbang dibandingkan lini bisnis lainnya.
|Baca juga: Tugu Re Kerja Sama dengan Asrinda, Garuda Re, dan Avrist
“Di tengah pandemi Covid-19, kami mengatur kembali portofolio bisnis sehingga lebih seimbang. Perseroan juga aktif mengantisipasi dampak pandemi pada sejumlah lini bisnis asuransi, khususnya asuransi kredit. Untuk underwriting, perseroan lebih waspada dan selektif, khususnya kepada industri- industri yang berpotensi terdampak pandemi,” jelas Adi Pramana saat paparan kinerja perseroan dengan didampingi jajaran komisaris dan direksi Tugure, Senin, 18 April 2022.
Pertumbuhan laba setelah pajak perseroan pada 2021 ditopang oleh hasil underwriting senilai Rp1,18 miliar dan hasil investasi Rp109,89 miliar pada 2021. Di sisi lain, jumlah beban usaha perseroan tercatat sebesar Rp93,22 miliar atau turun 16,83 persen dibandingkan 2020 yang tercatat senilai Rp112,08 miliar.
“Pada tahun lalu, perseroan mencatatkan premi bruto senilai Rp2,26 triliun dengan lebih dari 50 persen pendapatan tersebut berasal dari bisnis fakultatif di reasuransi umum. Untuk unit bisnis ini, lini bisnis Facultative Financial Risk mencatatkan pertumbuhan hingga 8 persen. Facultative Casualty & Energy meningkat 6 persen. Sementara lini Facultative Marine & Aviation membukukan premi bruto sebesar 87 persen dibanding tahun lalu dan Facultative Property & Engineering membukukan premi bruto sebesar 26% dibanding tahun lalu,” jelasnya
Adi menambahkan bahwa Tugure meraup premi bruto dari bisnis treaty meningkat 15 persen dibanding tahun sebelumnya, serta lini reasuransi jiwa menyumbangkan premi bruto sebesar 76 persen dibanding tahun 2020.
Pada akhir 2021, aset perseroan tercatat senilai Rp4,35 triliun dengan total investasi mencapai Rp2,07 triliun. Tingkat solvabilitas (risk based capital/RBC) Tugure pada akhir 2021 mencapai 230 persen, meningkat dari 226 persen per 31 Desember 2020.
Di samping itu, Adi mengatakan pencapaian itu menunjukkan keberhasilan upaya jangka panjang perseroan untuk mengubah pola pencadangan menjadi lebih konservatif sejak 2019. Saat pandemi, pendapatan menurun, tetapi cadangan yang lebih konservatif itu dapat menutupi pengurangan pendapatan pada 2020.
Di sisi investasi, Adi mengatakan bahwa perseroan seringkali memanfaatkan momentum pada 2020 dan 2021. Tidak mengherankan, jelas dia, pendapatan investasi pada periode tersebut dapat memberikan hasil yang cukup baik.
|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat Tugu Reasuransi (Tugure) A Stabil
Berdasarkan data OJK, premi bruto industri reasuransi pada 2021 turun 16,35 persen menjadi Rp18,85 triliun dengan pendapatan underwriting tumbuh 8,88 persen menjadi Rp10,39 triliun. “Otoritas juga mencatat total aset industri reasuransi pada 2021 bertumbuh 6,54 persen menjadi Rp28,75 triliun, sedangkan total investasinya menurun 0,24 persen menjadi Rp15,25 triliun,” tuturnya.
Kinerja positif tersebut, menurut Adi, tidak lepas dari upaya Tugure dalam menerapkan strategi penguatan internal dan tata kelola perusahaan di setiap divisi. Adi memberi contoh Group Human Resources Department (HRD) & General Services Tugure pada 2021 antara lain mendorong restrukturisasi grup kerja yang lebih agile dan mengedepankan teknologi informasi.
Group Corporate Secretary, ungkap Adi, memastikan dilaksanakannya tata kelola bagi pemegang saham, direksi, dan komisaris, memastikan layanan hukum di perseroan, serta mempertahankan branding positif perseroan.
“Group Compliance juga telah melaksanakan hal-hal antara lain penguatan atas pemenuhan kebijakan sesuai regulasi dan kepatuhan dalam pelaporan kepada OJK serta peningkatan budaya patuh melalui sosialisasi dan campaign kepatuhan, dan meningkatkan risk awareness di seluruh lini perusahaan” ujarnya.
Sementara itu, Group IT Tugure pada 2021 antara lain mengembangkan aplikasi termasuk untuk menyelesaikan modul-modul guna percepatan integrasi proses dan akurasi data yang proper.
Di samping memacu kinerja dan memperkuat tata kelola, Adi menambahkan Tugure juga terus merealisasikan program tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) secara berkesinambungan mengacu pada implementasi SGD’s. “Memang belum semua aspek kami jalankan, namun kami berkomitmen akan terus meningkatkan poin-poin tersebut,” pungkasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News