– PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung pengusaha kelas Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal ini disampaikan Senior Vice President (SVP) Divisi Bisnis Komersial Dan SME BCA Daniel Darmawan kepada para wartawan peserta Media Gathering BCA Malang 2017. ”Kami dalam melayani transaksi perbankan dengan nasabah selalu berusaha menawarkan solusi yang dibutuhkan, termasuk Kredit Usaha Kecil (KUK) BCA yang merupakan kredit usaha dengan plafon maksimal Rp1 miliar dengan bunga menarik. Kami ingin para pengusaha UKM dapat turut berkembang bersama BCA,” kata Daniel.
– Salah satu pengusaha UKM yang didukung penuh oleh BCA adalah Sugeng Slamet (40 tahun), pengepul dan distributor apel Malang yang tinggal di Kota Batu, Jawa Timur. Awalnya Sugeng adalah debitur KPR BCA tahun 2002. Menurut Daniel, karena hubungannya yang engaged dengan BCA KCP Batu, dapat dilakukan cross selling untuk KUK BCA dengan plafon Rp300 juta. Di tahun 2005, Sugeng Slamet menjadi debitur KUK BCA dengan nilai pinjaman Rp250 juta.
– Melalui modal pinjaman ini dia melakukan pengembangan usaha pengepul buah, bernama UD Gelora. “Dari awalnya hanya mendistribusikan puluhan kilogram buah per hari hingga menjadi puluhan ton per hari, pada saat ini. Awalnya hanya membeli buah apel dan jeruk dari para petani, kemudian melakukan penyortiran dan mendistribusikannya ke penjual-penjual buah secara konvensional,” tuturnya kepada wartawan dari Jakarta dan Surabaya, termasuk Media Asuransi, di gudang penyortiran dan pengepakan apel UD Gelora, di Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, 11 November 2017.
– Sementara itu, Kepala Kantor Cabang Pembantu BCA Batu Setiawati dan Account Officer BCA KCU Malang Indi yang mendampingi wartawan berkunjung ke gudang penyortiran dan pengepakan apel UD Gelora, menuturkan bahwa awalnya sangat susah untuk menawarkan Sugeng Slamet agar memanfaatkan fasilitas kredit dari BCA. “Dia, seperti halnya para petani apel di sini tidak mau berutang, termasuk ke bank. Mereka mengembangkan usaha pertaniannya dengan modal sendiri,” kata Setiawati. Indi menambahkan, “Akhirnya Sugeng Slamet mau menerima tawaran kredit, karena dia ingin menambah luas lahan kebun apelnya”.
– Setelah mendapat kredit dari BCA, usaha Sugeng Slamet terus berkembang dan mampu memasarkan buah apel dan jeruk ke berbagai kota, antara lain Jakarta, Medan, Bali, bahkan hingga ekspor ke Timor Leste. Butuh waktu selama lima tahun untuk membangun pasar di kota-kota tersebut. Menjaga kualitas buah yang dikirim, menjadi kunci utama agar buah apel mampu diterima pasar. Tapi kini dia tidak lagi mengekspor buah ke Timor Leste. “Pasarnya sebenarnya bagus, tapi berhenti karena masalah keuangan. Sekarang fokus dalam negeri,” tambahnya.
– Pada tahun 2008, Sugeng Slamet menerima tawaran BCA untuk mendapat kredit sebesar Rp600. “Dana pinjaman tersebut tidak semuanya untuk biaya pembelian buah apel. Sebagian digunakan untuk memberi bantuan pupuk dan teknis perkebunan kepada petani, khususnya kebun buah apel,” katanya.
– Sugeng menawarkan pola kemitraan dengan para petani apel di Kota Batu. Dia meminjamkan uang Rp10 juta hingga Rp70 juta kepada setiap petani untuk membeli pupuk yang berkualitas, di antaranya pupuk organik, dan insektisida. Untuk membayar cicilan, Sugeng Slamet tidak meminta uang tunai, melainkan memotong pembayaran hasil panen yang disetorkan petani kepadanya, minimal dua persen dari setoran buah, hingga pinjaman lunas. Dia juga membeli buah apel dari para petani mitra ini sesuai dengan harga pasar.
– Dengan pola kemitraan seperti ini, sebagian petani tertarik dan bersedia bekerjasama. Dari awalnya hanya sekitar 10 petani yang bergabung dalam kemitraan tersebut dengan total luas lahan yang dikelola sekitar 24 hektare, kini jumlahnya telah mencapai sekitar 390 petani dengan luas lahan sekitar 350 hektare. Saat ini hasil produksi dari kebun milik Sugeng Slamet dan mitranya mencapai sekitar 12 ton per hari. Sementara pasokan ke sejumlah jaringan distribusi yang dikembangkan baru mencapai enam ton per hari.
– Untuk mengelola kelebihan produksi apel dari para mitra petani, UD Gelora saat ini tengah membangun pabrik pengolahan sari apel dan kripik apel yang ditargetkan mulai beroperasi tahun 2018. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut diperkirakan mencapai Rp1,5 miliar. Sugeng Slamet mendapat fasilitas kredit dari BCA sebesar Rp800 juta untuk keperluan ekspansi usahanya ini. “Saat ini sudah kami bangun, targetnya tahun depan sudah bisa mulai produksi,” ungkapnya.
– Saat ini UD Gelora memiliki 60 karyawan bagian packing, distribusi, dan petani penggarap 24 hektare kebun apel miliknya. Dengan dioperasikannya pabrik tahun depan, diperkirakan membutuhkan tambahan tenaga kerja mencapai 15 orang. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News