Media Asuransi, JAKARTA – Indonesia Senior Executive Association (ISEA) memandang proses digitalisasi di industri asuransi adalah suatu keniscayaan. Salah satu yang dikatakan tidak dapat ditolak adalah keberadaan insurtech.
Ketua Badan Pengurus ISEA, Choky L Tobing, mengatakan bahwa pihaknya merupakan salah satu yang melakukan edukasi terkait insurtech.
“Kita sudah melakukan training dan webinar sejak 2018, dan mungkin ISEA merupakan salah satu lembaga pertama yang melakukan itu,” ungkap Choky dalam acara Halal Bihalal ISEA, di Jakarta, Rabu, 25 Mei 2022.
Bahkan menurutnya, di luar negeri model bisnis seperti insurtech sudah jauh lebih maju lagi. Lewat gadget kita mampu membeli asuransi dengan mudah dan cepat.
|Baca juga: Cara Mudah bagi Perusahaan Asuransi untuk Bersaing dengan Insurtech
“Yang canggih sekali seperti asuransi mobil, kalau di luar negeri itu kita cukup foto mobil kita sudah bisa ketahuan apakah mobil baru atau lama, dan berapa preminya. Mereka menggunakan teknologi AI jadi sangat praktis,” jelas Choky.
Meski begitu, dirinya juga tidak menampik ada beberapa model bisnis di industri asuransi yang tidak dapat menggunakan teknologi seperti itu. Contohnya di asuransi umum seperti pabrik, kapal, dan lainnya.
“Itu masih harus ada unsur manusianya, terutama dalam hal underwriting. Walaupun untuk proses administrasi di dalamnya bisa dilakukan secara digital,” tegas Choky.
Untuk itu, pihaknya menghimbau agar industri asuransi beradaptasi bukan malah anti. Dia juga melihat industri asuransi di Indonesia sudah lebih aware sekarang terkait insurtech. Ke depan ISEA mengaku akan kembali melakukan sosialisasi dan edukasi terkait digitalisasi di bidang asuransi.
Harapannya ISEA dapat berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, termasuk para Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang baru.
“Kami harapannya dapat menjadi mitra, apalagi kami ‘kan independen dan kami ingin mengisi ruang-ruang kosong yang ada di industri,” tutur Choky.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
