Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT Asuransi Sinar Mas (ASM) di ‘AA+(idn)’ dengan Outlook Stabil.
Peringkat IFS Nasional ‘AA’ menunjukkan kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau penerbit lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.
Fitch menilai profil perusahaan asuransi sebagai ‘Favourable‘ dibandingkan dengan perusahaan asuransi domestik lainnya. Hal ini didasarkan pada profil bisnis ‘Favourable‘ dan tata kelola perusahaan ‘Moderate/ Favourable‘.
Asuransi Sinar Mas adalah perusahaan asuransi umum terdepan di Indonesia, dengan pangsa pasar sekitar 13% berdasarkan premi bruto pada tahun 2021. Posisi pasar yang kuat berasal dari branding yang kuat, berbagai saluran distribusi, dan infrastruktur yang solid.
|Baca juga: Peringkat Sinarmas Agro (SMAR) Ditegaskan idAA- Stabil
Fitch menganggap Asuransi Sinar Mas sebagai perusahaan asuransi komposit karena kontribusi premi yang besar dari anak perusahaan asuransi jiwanya, PT Asuransi Simas Jiwa (ASJ). Secara konsolidasi, premi asuransi jiwa mencakup lebih dari setengah total premi Asuransi Sinar Mas, dengan ASJ, yang memiliki pangsa pasar sekitar 10% berdasarkan premi bruto, menunjukkan kinerja keuangan yang baik.
Rasio gabungan –agregat rasio komisi-biaya dan rasio kerugian yang terjadi– mencapai 102% pada tahun 2021 (2020: 95%) karena biaya komisi dan cadangan klaim yang lebih tinggi, sementara perusahaan membukukan premi yang lebih rendah di tengah penurunan portofolio asuransi kreditnya.
Asuransi Sinar Mas bertujuan untuk mengembangkan portofolio bisnis yang lebih selektif dan berhati-hati, karena bisnis asuransi kredit yang volatil, dengan kerugian underwriting dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, hasil keuangan yang tidak diaudit untuk 5M22 menunjukkan bahwa rasio gabungan membaik menjadi 64% karena biaya klaim dan cadangan yang lebih rendah.
Fitch memandang Asuransi Sinar Mas kemungkinan akan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dalam jangka menengah untuk meningkatkan risiko bisnisnya. Ini termasuk mengurangi bisnis kredit dan mengelola klaim di tengah ketidakpastian ekonomi pada 2022-2023. Asuransi Sinar Mas memperkirakan pertumbuhan premi yang lebih rendah untuk bisnis asuransi jiwa, reasuransi, dan penjaminan kredit.
|Baca juga: Fitch Ganjar Peringkat Bank Sinarmas (BSIM) idnA Stabil
Fitch mengharapkan perusahaan untuk terus meninjau produknya untuk menjaga profitabilitas dan memastikan tingkat premi dan kecukupan cadangan. Portfolio bisnis asuransi kredit Asuransi Sinar Mas didominasi oleh asuransi kredit modal kerja. Polis ini umumnya memiliki jangka waktu pertanggungan 5 tahun atau lebih, yang dapat menyebabkan kenaikan klaim sebagai akibat dari volatilitas ekonomi.
Fitch berharap Asuransi Sinar Mas dapat mempertahankan penyangga modal yang memadai untuk mendukung ekspansi bisnisnya. Kecukupan modal ASM, diukur dengan rasio modal berbasis risiko peraturan (RBC), adalah 302% pada tahun 2021 (2020: 500%), jauh di atas persyaratan peraturan minimum 120%. Rasio tersebut turun pada tahun 2021 karena cadangan asuransi kredit yang lebih tinggi. Kualitas modal baik, karena terdiri dari modal tanpa rencana penerbitan utang jangka pendek dan didukung oleh pertumbuhan surplus yang berkelanjutan.
Fitch mengharapkan Asuransi Sinar Mas untuk mempertahankan praktik investasi yang hati-hati dan mengelola eksposur aset berisiko, mengingat campuran investasinya yang bervariasi. Reksadana merupakan 35% dari portofolio investasi Asuransi Sinar Mas secara konsolidasi, diikuti oleh setara kas dan sekuritas pendapatan tetap, yang masing-masing menyumbang 29% dan 24%. Sisanya terdiri dari berbagai instrumen, termasuk saham tidak terafiliasi, properti dan hipotek. Investasi dalam saham biasa yang tidak terafiliasi rendah, sekitar 1% dari total aset yang diinvestasikan pada akhir tahun 2021.
Perusahaan asuransi memitigasi risiko bencana, dengan hampir semua bisnisnya berasal dari pasar Indonesia yang rawan bencana, melalui beberapa perjanjian reasuransi proporsional dan non-proporsional. “Kami menganggap cakupan reasuransi untuk pengembalian 250 tahun cukup memadai dibandingkan dengan kapitalisasi.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News