Media Asuransi, JAKARTA – Asuransi bencana untuk skema agrikultur memiliki beberapa tantangan seperti keberlanjutan dengan skema subsidi, loss rasio tinggi, kesulitan melakukan verifikasi klaim, moral hazard terutama AUTS/K, dan literasi petani yang rendah.
“Ini perlu dipikirkan, memperhatikan keterlibatan masyarakatnya sendiri,” kata Saut Sagala, Peneliti Pembiayaan Risiko Bencana Alam ITB, dalam webinar Pembiayaan Risiko Kebencanaan (Disaster Risk Financing), Jumat, 27 Januari 2023.
|Baca juga: Membahas Kembali Skema Asuransi Bencana di Revisi UU Penanggulangan Bencana
Acara ini diselenggarakan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bersama KADIN Indonesia. Webinar ini antara lain membahas mengenai tantangan pada produk asuransi bencana.
Saut Sagala mengatakan bahwa di asuransi properti, tantangannya adalah pengunanya mayoritas usaha menengah ke besar, literasi, dan kesadaran pelaku usaha UMKM maupun perseorangan, dan kebanyakan UMKM hanya membeli polis standar (flexas). “Sebenarnya keterlibatan ataupun juga pembelian (minat) dalam konteks asuransi tergolong masih rendah,” katanya.
Sedangkan tantangan pada asuransi mikro, seperti pay–out yang kurang aktraktif (Rp2,5 juta), literasi pelaku UMKM, dan diperlukan pemahaman mengenai kebutuhan dan tendensi UMKM dalam membeli asuransi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News