Media Asuransi, JAKARTA – Kolapsnya bank terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) Silicon Valley Bank (SVB) memberikan dampak yang sangat besar bagi pasar di AS.
Analis Sinarmas Future, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa jatuhnya salah satu bank terbesar di AS, Silicon Valley Bank, menjadi kekhawatiran pelaku pasar keuangan global saat ini.
“Pasar masih mencermati peristiwa ini apakah akan berdampak buruk ke perekonomian dan sistem keuangan global,” kata Ariston.
|Baca juga: Volatilitas Pasar Mata Uang Diperkirakan Meningkat dalam Jangka Pendek
Ariston menambahkan, kekhawatiran ini mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko seperti rupiah. Harga emas spot sebagai aset aman terlihat menguat.
Tetapi di sisi lain, peristiwa ini memicu ekspektasi di pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan menambah beban perekonomian AS dengan menaikan suku bunga lebih agresif pada rapat pekan depan.
“Fed Watch Tool CME menunjukkan probabilitas The Fed menaikan suku bunga sebesar 50 bp menurun dari sebelumnya 60% menjadi 18%. Ini bisa mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya,” tambah Ariston.
Dua faktor di atas bisa memberikan peluang penguatan rupiah terbatas terhadap dolar AS hari ini. Potensi penguatan ke kisaran 15.400, dengan potensi pelemahan ke kisaran 15.480.
SVB ambruk pada Jumat pagi setelah 48 jam dikabarkan mengalami krisis modal. Kegagalan bank ini disebut sebagai yang terbesar kedua dari sebuah lembaga keuangan dalam sejarah AS. Regulator perbankan California menutup bank yang memberi pinjaman sektor teknologi ini dan menempatkannya di bawah kendali FDIC.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News