Media Asuransi, JAKARTA – Mirae Sekuritas memperkirakan ekspor dan impor akan menyusut sebesar 14,4% YoY dan 5,5% YoY pada bulan September, menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$2,5 miliar dibandingkan dengan US$3,1 miliar pada bulan Agustus.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Macro Tracker bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Assessing the risk of geopolitical escalation, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menjelaskan pasar cenderung tidak merespons signifikan terhadap eskalasi politik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya terhadap harga minyak. Volatilitas yang terjadi tidak setinggi ketika terjadi pemangkasan produksi minyak yang dilakukan oleh OPEC+, yang sebelumnya mendorong kenaikan harga minyak melampaui US$95 per barel.
|Baca juga: Bank Indonesia: Surplus Neraca Perdagangan Meningkat
Pergerakan harga minyak ke depan dan pasar finansial global secara keseluruhan sangat bergantung pada sejauh mana dampak konflik ini menyebar. Potensi keterlibatan Iran dapat memicu sanksi internasional yang ketat dan mengurangi ekspor minyak Iran. “Skenario dasar kami saat ini adalah tidak adanya keterlibatan negara lain dalam konflik tersebut.”
Rully memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan terus melemah tahun ini dan tahun depan. Pemulihan dari dampak pandemi tidak setinggi yang diharapkan, terutama di Tiongkok. Meskipun AS mungkin terhindar dari resesi tahun ini, kemungkinan terjadi resesi tahun depan masih terbuka. Hal ini dapat mendorong pelonggaran moneter the Fed yang lebih agresif daripada yang tertera dalam ringkasan proyeksi ekonomi terbaru FOMC.
Menurutnya, pertumbuhan global yang melambat dan harga komoditas yang stagnan berpotensi mempengaruhi ekspor Indonesia. Berdasarkan tren terbaru, ekspor non-migas ke tujuan-tujuan utama, termasuk AS, Jepang, dan India, diperkirakan akan terus menurun. Di sisi impor, pertumbuhan telah bergejolak dan sulit diprediksi. Tanda-tanda perlambatan pertumbuhan domestik menunjukkan impor bahan baku dan barang modal yang lebih rendah.
Mengingat tren ekonomi yang berlanjut, Rully memperkirakan ekspor dan impor akan menyusut sebesar 14,4% YoY dan 5,5% YoY pada bulan September, menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$2,5 miliar (dibandingkan dengan US$3,1 miliar pada bulan Agustus). “Ini akan berdampak pada surplus neraca perdagangan yang terakumulasi sebesar US$26,9 miliar pada 9 bulan 2023 (dibandingkan dengan US$39,8 miliar pada 9 bulan 2022).”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News