Media Asuransi, JAKARTA – Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto mengatakan sektor pertanian merupakan bagian yang sangat vital bagi Indonesia. Hal itu tidak hanya karena peranannya dalam ekonomi nasional, tetapi juga kontribusinya terhadap ketahanan pangan.
Namun, tambahnya, perubahan iklim yang semakin nyata saat ini, baik secara global maupun di Indonesia, menimbulkan tantangan serius bagi sektor tersebut.
“Dampak dari perubahan iklim ini berpotensi mengurangi hasil pertanian dan memengaruhi suplai industri pengolahan makanan,” ujar Bern, dalam seminar bertajuk ‘Workshop Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani melalui Kemitraan Berbasis Manajemen Risiko Terintegrasi‘, di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.
Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan program terintegrasi yang melibatkan berbagai sektor termasuk sektor asuransi. Saat ini, asuransi seringkali diabaikan dan baru dilibatkan usai adanya diskusi dengan pemangku kepentingan lainnya.
|Baca juga: Mundur dari IFG Life, Harjanto Tanuwidjaja Bergabung dengan CaringUp
Dengan memasukkan sektor asuransi sejak awal, diharapkan dapat tercipta integrasi program yang melibatkan semua pihak terkait. “Kita perlu mulai melihat skema yang ada saat ini dan skema-skema yang bisa dikembangkan untuk mengantisipasi risiko yang akan datang,” ujarnya.
Asuransi pertanian
Dalam konteks itu, asuransi pertanian memiliki potensi yang besar di Indonesia mengingat luasnya lahan pertanian di negeri ini. Namun, kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun, mungkin karena adanya masalah yang membuat bisnis pertanian kurang menarik dan mendorong urbanisasi.
|Baca juga: Nina Ong Nakhoda Baru Great Eastern Life Indonesia
Seperti negara lainnya, makanan utama di Indonesia adalah beras. Produksi beras yang besar saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia. Rendahnya literasi tentang program asuransi di kalangan petani menjadi salah satu masalah utama.
Sebenarnya, banyak petani yang ingin ikut serta dalam program asuransi, namun kurangnya akses dan informasi menjadi penghalang. Bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AAUI, dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan literasi asuransi di kalangan petani, terutama mereka yang paling membutuhkan.
“Selain itu, diperlukan skema asuransi yang tepat untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, perhitungan premi yang terjangkau, serta percepatan digitalisasi di sektor pertanian,” imbuhnya.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sektor pertanian Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan terus berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan serta ekonomi nasional.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News