Media Asuransi, JAKARTA – Para pakar risiko global, menempatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan artifisial, di urutan kedua teratas yang paling dikhawatirkan di tahun 2024. Peringkatnya naik menjadi urutan pertama yang paling dikhawatirkan di tahun 2026 atau dalam dua tahun ke depan.
“Menariknya, kekhawatiran tersebut muncul disebabkan semakin maraknya pembuatan konten AI yang sulit dibedakan dari konten manusia. Sehingga menciptakan tantangan serius dalam mengungkapkan dan menanggapi informasi yang tidak akurat atau menyesatkan, baik misinformasi maupun disinformasi,” Chief Risk Officer PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk, Wayan Pariama, dalam diskusi terbatas dengan wartawan di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2024.
Dia mengungkapkan bahwa dunia sedang mengalami transformasi struktural yang signifikan dengan AI, perubahan iklim, pergeseran geopolitik, dan transisi demografi. Hal ini termuat dalam Laporan Risiko Global 2024, yang dikembangkan oleh World Economic Forum bekerja sama dengan Zurich dan Marsh McLennan. Laporan itu menyajikan temuan Survei Persepsi Risiko Global (Global Risks Perception Survey/ GRPS), yang mengumpulkan wawasan dari hampir 1.500 pakar global.
|Baca juga: Perusahaan Asuransi Siap Hadapi Perkembangan Kecerdasan Buatan di 2024
“Sembilan puluh satu persen pakar risiko yang disurvei mengungkapkan kekhawatiran akan risiko dari transformasi tersebut dalam jangka waktu 10 tahun. Risiko-risiko tersebut juga memberikan peluang. Tindakan setiap individu, negara, dan perusahaan dapat mengurangi risiko global, berkontribusi terhadap dunia yang lebih cerah dan lebih aman,” jelas Wayan
Lebih lanjut dia jelaskan bahwa laporan ini menganalisis risiko global melalui tiga periode waktu untuk membantu para pengambil keputusan dalam menyeimbangkan krisis saat ini dan prioritas jangka panjang.
Laporan ini menempatkan risiko misinformasi dan disinformasi sebagai kekhawatiran yang meningkat signifikan dalam dua tahun ke depan. Di lima besar kekhawatiran, ada risiko cuaca ekstrem, polarisasi masyarakat, krisis biaya hidup, dan serangan siber. Kelimanya disebut sebagai lima risiko utama yang paling dikhawatirkan dapat menimbulkan krisis material dalam skala global di tahun 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Indonesia AI Society dan Associate Professor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Lukas, menangatakan bahwa kekhawatiran mengenai pemanfaatan teknologi AI dapat diatasi secara efektif melalui integrasi yang bersifat strategis.
|Baca juga: Industri Asuransi di Era Kecerdasan Buatan
Menurut Lukas, potensi teknologi AI dapat mendorong transformasi di industri serta menjadi rekan yang mengkolaborasikan inovasi dengan manajemen risiko. “Dengan merangkul berbagai potensi manfaat dari teknologi AI ini, kita dapat memaksimalkan adopsi teknologi ini di berbagai sektor serta memastikan kapabilitas teknologi ini dimanfaatkan demi kebaikan perusahaan dan konsumen,” katanya.
Wayan menuturkan bahwa sebagai bagian dari langkah strategis perusahaan, Zurich Indonesia menggunakan kecerdasan artifisial (AI) untuk memberikan layanan dan pengalaman yang lebih baik kepada nasabah. Tahun lalu, Zurich Asuransi Indonesia telah memanfaatkan AI dalam proses akuisisi asuransi kendaraan.
Teknologi AI dimanfaatkan untuk memberikan laporan pemeriksaan yang lebih akurat sehingga memungkinkan kami untuk memberikan nilai perlindungan yang sesuai, lebih cepat, lebih akurat, dan meminimalkan kesalahan yang diakibatkan oleh manusia. “Kami terus mengembangkan penggunaan teknologi, termasuk optimalisasi peluang melalui teknologi AI,” tutur Wayan.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News