Media Asuransi, GLOBAL – Biaya asuransi rumah di Australia terus melonjak, membuat banyak pemilik rumah dan pemberi pinjaman berisiko menghadapi masalah finansial. Laporan terbaru dari S&P Global Ratings mengungkapkan tren ini bisa memperparah kesenjangan perlindungan asuransi.
Dilansir dari Insurance Asia, Selasa, 25 Februari 2025, dalam laporan berjudul ‘Australia’s Home Underinsurance Could Spread Risks‘, S&P memperingatkan intervensi pemerintah mungkin semakin diperlukan, terutama di wilayah berisiko tinggi yang ditinggalkan oleh perusahaan asuransi.
|Baca juga: Jangan Salah Pilih! Simak 5 Tips Memilih Penyedia Asuransi Umum untuk Karyawan
|Baca juga: Kamu Perlu Tahu, Ini Penjelasan Lengkap Apa Itu Asuransi Mobil All Risk!
Analis Kredit S&P Global Ratings Angela Zhou mengatakan perusahaan asuransi akan terus menaikkan premi untuk menutupi klaim yang meningkat akibat cuaca ekstrem. “Kenaikan ini mencerminkan eksposur risiko asuransi, tetapi bisa membuat semakin banyak orang enggan membeli polis baru,” ujarnya.
Kenaikan premi ini dipicu oleh meningkatnya jumlah klaim dan biaya yang harus ditanggung perusahaan asuransi, termasuk biaya reasuransi yang semakin mahal setelah bencana besar seperti kebakaran hutan di California.
Biaya asuransi rumah di daerah rawan banjir dan kebakaran hutan sudah tinggi, dan diperkirakan tidak akan turun dalam waktu dekat. Sementara itu, tekanan finansial semakin berat bagi warga Australia akibat suku bunga tinggi, biaya hidup yang melonjak, dan pertumbuhan upah yang tidak merata.
Institut Aktuaris memperkirakan sekitar 1,61 juta rumah tangga di Australia mengalami kesulitan dalam membayar asuransi rumah dan isinya per Maret 2024, dengan sekitar lima persen dari mereka masih memiliki cicilan rumah.
Zhou memperingatkan beberapa pemilik rumah mungkin akan mengurangi atau bahkan menghapus perlindungan asuransi mereka demi mengatasi pengeluaran lainnya. “Meskipun perjanjian kredit mewajibkan peminjam memiliki asuransi, namun bank tidak punya banyak cara untuk menegakkan aturan ini,” katanya.
|Baca juga: Komisaris Utama dan Wadirut Sarana Menara Nusantara (TOWR) Mengundurkan Diri
|Baca juga: Profil Ferryady Hartadinata, Bos Emiten Emas yang Diduga Terlibat Kasus Korupsi Taspen
Skenario stres S&P menunjukkan jika terjadi bencana alam besar di tengah tekanan finansial yang parah, sektor perbankan bisa mengalami kerugian kredit hingga A$200 juta. Walaupun risiko ini kecil bagi bank besar, namun dampaknya bisa lebih besar bagi bank daerah yang lebih terfokus pada wilayah tertentu.
Dengan kian banyak perusahaan asuransi yang menarik diri dari area berisiko tinggi, Pemerintah Australia mungkin harus turun tangan dengan memberikan jaminan atau dukungan ke sektor asuransi. Namun, S&P memperingatkan skema seperti cyclone reinsurance pool bisa menciptakan risiko moral dengan menyembunyikan bahaya nyata tinggal di daerah rawan bencana.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News