Media Asuransi, GLOBAL – Dewan Koordinasi Stabilitas Keuangan (FSCC) mengadakan pertemuan Komite Eksekutif ke-39. Hal itu dilakukan untuk menilai perkembangan pasar global dan implikasinya terhadap sistem keuangan Filipina.
Mengutip Insurance Business, Selasa, 11 Juni 2024, FSCC merupakan sebuah badan antar lembaga, mencakup Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Departemen Keuangan, Komisi Asuransi (IC), Lembaga Penjamin Simpanan Filipina, dan Komisi Sekuritas dan Bursa.
Pada awalnya, FSCC merupakan sekelompok sukarela yang dibentuk setelah Krisis Keuangan Global dan kelompok ini dilembagakan di bawah Perintah Eksekutif No 144. Dalam pertemuan tersebut, dewan ini mengidentifikasi beberapa risiko global yang dapat memengaruhi Filipina.
|Baca juga: Lagi, Presdir Tugu Insurance Tatang Nurhidayat Borong Saham TUGU
Meskipun indikator-indikator volatilitas pasar global tetap rendah, namun fluktuasi harga minyak dunia masih tetap ada. Walau ada penurunan inflasi di AS, tapi inflasi tetap tinggi dan menunjukkan periode kenaikan suku bunga yang berkepanjangan yang dapat berdampak pada ekonomi global.
Ketegangan geopolitik
Selain itu, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung juga menimbulkan risiko lebih lanjut. Untuk Filipina, pertumbuhan ekonomi tetap kuat dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Data terbaru menunjukkan inflasi setahun penuh tidak mungkin melebihi batas atas kisaran target, memberikan prospek yang stabil untuk lintasan makro-keuangan negara ini.
“Kami merasa nyaman dengan indikasi stabilitas yang luas dan dampaknya terhadap perekonomian. Ini adalah isu-isu yang akan terus dipantau oleh FSCC,” kata Ketua FSCC dan Gubernur BSP Eli M Remolona.
“Volatilitas dalam harga dan pasokan produk yang berhubungan dengan energi dapat memengaruhi aktivitas ekonomi. Sementara situasi suku bunga global yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan membebani pembayaran utang secara umum,” tambahnya.
Lebih lanjut, salah satu risiko yang melanda Filipina adalah siber dengan bisnis telah mengalami peningkatan serangan siber pada 2023. Menurut perusahaan keamanan siber Fortinet, sekitar 60 persen bisnis yang disurvei di Filipina melaporkan peningkatan serangan siber tiga kali lipat tahun lalu, terutama karena meningkatnya aksesibilitas ransomware ke penyerang siber.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News