Media Asuransi, GLOBAL – Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe memproyeksikan industri asuransi mendapat manfaat dari pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.
Weerasinghe menyoroti bahwa kondisi bisnis yang membaik, inflasi yang rendah, serta suku bunga yang menurun pada produk keuangan konvensional diperkirakan mendorong permintaan untuk layanan asuransi.
“Ini menunjukkan industri asuransi Sri Lanka mungkin belum berkembang secara optimal. Seiring kemajuan ekonomi menuju pemulihan, sektor asuransi perlu berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkap Weerasinghe, dilansir dari Insurance Asia, Jumat, 16 Agustus 2024.
|Baca juga: Mengelola Keuangan, Essential Life Skill yang Harus Dimiliki Gen Z
Meski faktor-faktor positif ini ada, namun Weerasinghe mencatat ketergantungan besar sektor asuransi pada surat berharga pemerintah dapat menyebabkan imbal hasil yang lebih rendah akibat suku bunga yang saat ini rendah dibandingkan dengan masa krisis.
Weerasinghe menambahkan meskipun industri asuransi di Sri Lanka lebih kecil dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, namun potensi pertumbuhannya masih sangat besar. Pada 2023, sektor ini menyumbang 0,8 persen terhadap PDB dengan tingkat penetrasi yang tetap di bawah dua persen dalam dekade terakhir.
Sebagai perbandingan, negara seperti Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan memiliki tingkat penetrasi di atas 10 persen, sementara Jepang, Singapura, Thailand, Malaysia, dan India melebihi empat persen.
|Baca juga: AASI Gelar Workshop untuk Tingkatkan Kompetensi Pengawas Syariah Industri Perasuransian
“Perusahaan asuransi lokal harus tetap berada di depan, melindungi diri sambil mencari peluang melalui mekanisme berbagi risiko yang tepat,” tutupnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News