Media Asuransi, JAKARTA – Kanker menjadi salah satu penyakit paling menakutkan karena memiliki risiko kematian yang tinggi, termasuk kanker usus. Benarkah saat ini semakin banyak anak muda yang menderita penyakit ini?
Diantara berbagai jenis kanker, kanker usus menjadi salah satu yang sedang menjadi perhatian para dokter karena angka kasusnya yang terus meningkat. Apa penyebab hal ini?
Menurut Yale Medicine, saat ini para dokter bedah kolon dan rektum melaporkan bahwa mereka lebih sering menemui pasien berusia 30-an tahun, atau bahkan pasien lebih muda berusia 18 tahun yang terdiagnosa kanker usus.
Dilansir dari UC Davis Health, kanker usus atau dalam dunia kedokteran disebut dengan kanker kolorektal, merupakan penyakit saat sel-sel dalam kolon atau rektum tumbuh di luar kendali yang disebut polip. Jika dibiarkan tanpa diobati, sewaktu-waktu kondisi tersebut bisa berkembang menjadi kanker.
|Baca juga: Belajar dari Remisi Kanker Kate Middleton, Simak Tips PFI Mega Life Agar Terhindar dari Kanker
Menurut American Cancer Society, risiko terkena kanker kolorektum adalah sekitar 1 dari 23 untuk laki-laki dan 1 dari 25 untuk perempuan.
Di Indonesia, kanker kolorektal menempati posisi keempat sebagai kasus kanker terbanyak. Global Cancer Observator (GLOBOCAN 2020) menyebut spesifiknya ada 34.189 kasus baru kanker kolorektal di Indonesia pada 2020.
Mengingat tingginya prevalensi kasus kanker usus besar dan korektal secara umum, tidak ada salahnya mengetahui gejala-gejala kanker usus besar yang patut diwaspadai. Ini karena semakin dini kasus kanker usus besar dideteksi dan ditangani maka akan semakin besar peluangnya untuk sembuh.
Penyebab Kanker Usus di Usia Muda
Dokter dan ahli kesehatan tidak tahu persis penyebab begitu banyak orang di bawah usia 50 tahun di diagnosis menderita kanker usus. Hanya saja, MD Anderson Center menyebutkan bahwa faktanya ada sekitar 20 persen pasien di bawah usia 50 tahun tersebut memiliki mutasi genetik yang diwariskan sehingga menyebabkan kanker. Jadi, riwayat keluarga memiliki peranan cukup besar sebagai penyebab sebagian kanker usus pada orang dewasa muda. Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Selain faktor genetik, para ahli dan dokter juga menduga bahwa pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik menjadi alasan lain seseorang bisa menderita kanker usus di usia muda. Studi pada 2017, menunjukkan data bahwa generasi milenial yang lahir antara 1981-1996 memiliki risiko kanker usus dua kali lipat dibandingkan mereka yang lahir pada 1950.
|Baca juga: Kenali Perbedaan Tumor dan Kanker
Gejala Kanker Usus di Usia Muda
Karena merasa sehat, banyak anak muda yang telat memeriksakan dirinya ke dokter. Padahal, jika memiliki salah satu atau beberapa gejala berikut, jangan ragu untuk langsung menemui dokter.
- Pendarahan
Termasuk juga darah yang berasal dari rektum, di tinja, atau di toilet setelah buang air besar.
- Bentuk Tinja yang Tidak Biasa
Perhatikan setiap perubahan dalam tampilan tinja. Jika berwarna gelap atau hitam, ini mungkin mengindikasikan perdarahan dari tumor.
Konsultasikan juga ke dokter jika memiliki tinja yang kecil, tipis, atau seperti pita, yang mungkin juga menandakan bahwa tumor menghalangi usus atau rektum.
- Perubahan Buang Air Besar (BAB)
Jika diare atau sembelit berlangsung selama dua minggu atau lebih, segera konsultasikan ke dokter. Disebut dengan sembelit jika frekuensi BAB dalam seminggu hanya terjadi kurang dari tiga kali.
- Memiliki Energi Rendah atau Kelelahan
Penyebab umumnya adalah anemia akibat kehilangan darah. Banyak perempuan muda dengan anemia kronis yang menganggap energi rendah atau kelelahan disebabkan oleh perdarahan menstruasi. Namun, apabila terjadi secara terus-menerus, sebaiknya mulai untuk mengeksplorasi penyebab lain.
- Gejala Lainnya
Beberapa gejala umum lain yang mungkin juga menandakan kanker usus adalah: kembung atau rasa penuh atau kram, mengejan saat BAB, dan berat badan turun yang tidak dapat dijelaskan.
Tingkat Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Usus di Usia Muda
Sama seperti jenis kanker lainnya, perkiraan atau prediksi kelangsungan hidup tergantung pada stadium kanker. Semakin dini stadium tumor, semakin mudah untuk diobati dan semakin baik hasilnya.
|Baca juga: Minimalkan Risiko Kanker dengan Mengonsumsi Makanan Ini
Meskipun setiap kasus berbeda dan memerlukan perawatan yang dipersonalisasi, angka umum dari American Cancer Society adalah:
– Untuk pasien di bawah usia 50 tahun dengan kanker usus belum menyebar (stadium I atau II), tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah 94 persen.
– Untuk pasien dengan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, tingkat kelangsungan hidup lima tahun turun menjadi 80 persen.
– Untuk pasien di bawah usia 50 tahun dengan kanker kolorektal stadium IV, tingkat kelangsungan hidup lima tahun sebesar 21 persen.
Cara Kurangi Risiko Kanker Usus di Usia Muda
Mulailah membuat pilihan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko kanker usus, dengan cara sebagai berikut:
|Baca juga: India Diprediksi Jadi ‘Ibu Kota Kanker’ Dunia, Kok Bisa?
– Aktif secara fisik dengan menargetkan setidaknya 150 menit olahraga ringan atau 75 menit olahraga berat setiap minggu.
– Batasi daging merah dan hindari daging olahan.
– Mengonsumsi makanan yang sehat dengan mengisi setidaknya dua pertiga piring dengan sayuran, biji-bijian, buah-buahan, dan kacang-kacangan, sedangkan sepertiga sisanya dengan protein hewani tanpa lemak atau protein nabati.
– Batasi alkohol.
– Jangan merokok, vape, atau bentuk tembakau lainnya.
Mengetahui bahwa riwayat penyakit dan risiko genetik yang diturunkan oleh keluarga juga menjadi faktor pemicu terdiagnosa salah satu dari penyakit silent killer ini. Segera miliki asuransi kesehatan demi meminimalisir beban finansial jika risiko kesehatan tersebut kamu alami.
Dalam laman Allianz yang dikutip, Sabtu, 25 Januari 2025 disebutkan bahwa salah satu pilihan dari Allianz Indonesia adalah produk asuransi kesehatan individu Allianz Flexi Medical yang memiliki manfaat komprehensif dan fleksibel yang dibutuhkan anak muda.
Ada berbagai manfaat asuransi yang disediakan produk ini, salah satunya adalah penggantian biaya-biaya penyakit kritis. Selain itu, ada juga manfaat perawatan rawat inap atau pembedahan karena penyakit maupun kecelakaan, manfaat perawatan darurat, serta manfaat meninggal dunia akibat kecelakaan dan bukan kecelakaan.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
