Media Asuransi, GLOBAL – Kebakaran hutan hebat yang melanda Korea Selatan (Korsel) pada akhir Maret lalu diperkirakan menghasilkan klaim moderat bagi perusahaan asuransi dan reasuransi properti serta kecelakaan.
Mengutip Insurance Asia, Selasa, 15 April 2025, meski berdampak pada hasil underwriting, namun S&P Global Ratings menilai pelaku industri masih mampu menyerap kerugian berkat perlindungan reasuransi yang kuat, operasi yang terdiversifikasi, dan posisi modal yang solid.
|Baca juga: Astra Life Bayar Klaim Senilai Rp7,9 Miliar
|Baca juga: SE OJK tentang Asuransi Kesehatan akan Diterbitkan pada Mei 2025
Kebakaran yang berlangsung selama sembilan hari dan berhasil dikendalikan pada 30 Maret itu disebut sebagai yang terparah sejak 1987. Api melalap sekitar 48 ribu hektare lahan yang sebagian besar berupa hutan di wilayah tenggara negara tersebut. Sedikitnya 30 orang meninggal dunia dan ribuan rumah penduduk di pedesaan mengalami kerusakan.
S&P menekankan meskipun klaim awal masih dapat dikelola, namun industri asuransi berpotensi menghadapi tekanan pendapatan pada 2025 apabila terjadi bencana alam lanjutan. Korea Selatan dikenal rawan dilanda topan dan hujan deras selama musim panas yang bisa memicu kerugian besar.
|Baca juga: Dorong Proyek Raksasa Non-APBN, Bappenas-Danantara Teken MoU Demi Capai Target Ekonomi 8%
|Baca juga: AdMedika Perluas Jaringan Layanan Berkolaborasi dengan RS Kuningan Medical Center
Peningkatan frekuensi bencana juga dikhawatirkan akan mendorong naiknya biaya reasuransi, yang pada akhirnya dapat menekan margin keuntungan perusahaan asuransi. Situasi ini menuntut pelaku industri untuk lebih waspada dalam mengelola risiko.
Di sisi lain, kesadaran publik yang semakin tinggi terhadap risiko iklim diprediksi meningkatkan permintaan atas produk asuransi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi dan reasuransi untuk memperkuat kemampuan manajemen risiko dan underwriting mereka.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News