Media Asuransi, GLOBAL – Kinerja investasi industri asuransi mengalami rebound pada 2023 setelah melemah pada tahun sebelumnya. Investor di sektor ini pun bersiap menghadapi potensi pemangkasan suku bunga pada 2024 di tengah inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dikutip dari Insurance Asia, Kamis, 20 Februari 2025, laporan Global Insurance Market Trends 2024 dari OECD mencatat, biaya klaim yang meningkat serta pasar reasuransi yang semakin ketat telah mendorong kenaikan premi di sektor asuransi non-jiwa. Kenaikan ini terutama terjadi pada segmen asuransi kendaraan bermotor, kesehatan, dan properti.
|Baca juga: Reshuffle Kabinet, Berikut Daftar Lengkap Menteri dan Pejabat Negara Baru yang Dilantik Prabowo
|Baca juga: Profil Brian Yuliarto, Guru Besar ITB yang Jadi Mendiktisaintek Baru Kabinet Prabowo
Total premi bruto yang diterbitkan tumbuh 12,4 persen secara nominal dan 6,2 persen secara riil pada 2023, dua kali lipat dari pertumbuhan riil pada 2022. Sebagian besar yurisdiksi melaporkan kinerja underwriting yang positif.
Suku bunga yang lebih tinggi memberikan dampak beragam bagi sektor asuransi jiwa. Permintaan terhadap produk anuitas dan investasi jiwa dengan jaminan meningkat di beberapa negara, sementara beberapa pemegang polis justru mencairkan polis mereka untuk dialihkan ke investasi lain atau pembelian rumah.
Kenaikan suku bunga hipotek juga berdampak tidak langsung pada penjualan asuransi jiwa di pasar yang mewajibkan perlindungan asuransi dalam pembiayaan kredit. Secara umum, premi bruto yang diterbitkan di sektor asuransi jiwa tetap tumbuh di sebagian besar negara yang dilaporkan.
Selain itu, hasil investasi asuransi yang positif pada 2023 didorong oleh turunnya imbal hasil obligasi pemerintah serta kinerja pasar saham yang kuat. Peningkatan hasil underwriting dan investasi ini pun mengerek profitabilitas industri asuransi, membalikkan kerugian yang terjadi di banyak negara pada tahun sebelumnya.
|Baca juga: Profil Indra Widjaja, Petinggi Sinarmas yang Terseret Pusaran Korupsi Taspen
|Baca juga: Industri Asuransi Berduka, Komisaris IFG Life Yasril Y Rasyid Meninggal Dunia
OECD mencatat tingkat penetrasi asuransi, yang diukur sebagai persentase premi terhadap PDB, masih lebih tinggi di negara maju seperti Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, dengan angka melebihi 10 persen. Sementara beberapa negara di Amerika Latin dan Eropa mencatat tingkat penetrasi yang lebih rendah.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News