1
1

Peta Sumber Gempa Indonesia dari Masa ke Masa

Peta Sumber Gempa Indonesia 2017. | Foto: Maipark

Asuransi gempabumi nasional selalu didasarkan pada Peta Sumber Gempa Indonesia, baik dalam perhitungan tarif maupun zonasinya. Hal ini terus diperbarui seiring adanya pemutakhiran peta yang dilakukan secara resmi oleh Pemerintah. Ini menjadikan manajemen risiko gempa alam di industri asuransi umum Indonesia senantiasa berdasarkan data dan metodologi paling mutakhir.

Idealnya, pelaku industri asuransi tentu mendambakan peta sumber gempa selengkap dan sejelas mungkin. Namun mengingat periode ulang kejadian gempa yang kadang bisa sangat panjang, misalnya ratusan hingga ribuan tahun, Peta Sumber Gempa Indonesia adalah sesuatu yang terus diperbarui. Pembaruan Peta Sumber Gempa secara berkala adalah manifestasi dari akumulasi penelitian dan pengetahuan mengenai gempa Indonesia.

 

Bagaimana Sumber Gempa dapat Diidentifikasi?
Identifikasi sesar-sesar sebagai sumber gempa sangat sulit karena dimensi lempeng tektonik yang sangat besar hingga keterbatasan teknologi saat ini dalam meneliti interior Bumi. Cara termudah identifikasi sesar sumber gempa adalah melalui kejadian gempa itu sendiri. Namun menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan, saat ini kita sudah bisa mengidentifikasi sesar sebelum gempa terjadi.

Peta Sumber Gempa Indonesia 2010. | Foto: Maipark

Secara umum, sesar dapat diidentifikasi karena kejadian gempa ataupun karena metode lain. Sesar yang teridentifikasi melalui kejadian gempa adalah cara termudah, terutama gempa merusak karena kita dapat mempelajari secara langsung bahaya dari sesar tersebut melalui pengalaman. Kita dapat membandingkan sesar Cugenang di Cianjur dan sesar Lembang di utara Bandung.

Sesar Cugenang baru teridentifikasi pasca gempa Cianjur pada November 2022. Dari gempa Cianjur, peneliti mendapatkan informasi yang mumpuni untuk menganalisis geometri maupun aktivitas sesar Cugenang. Di sisi lain, sesar Lembang sudah lama diketahui keberadaannya. Tidak hanya terdeteksi melalui gempa-gempa kecil, tetapi juga telah diidentifikasi dengan berbagai metode. Sesar Lembang telah dianalisis melalui pantauan GPS (Meilano et al., 2012), citra satelit (Hussain et al., 2023), dan analisis lapisan geologi (Daryono et al., 2019).

 

Bagaimana Indonesia Melakukan Pembaharuan Data Sumber Gempa?
Peta sumber gempa Indonesia dihimpun oleh gabungan akademisi maupun otoritas pemerintahan dari waktu ke waktu dan sejak 2016 secara resmi dipublikasikan oleh Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN). Pada mulanya, panduan bahaya gempa Indonesia hanyalah berubah peta bahaya gempa Indonesia yang dipublikasikan oleh Kementerian PUPR tahun 2002 (SNI 2002). Lalu pada 2010, Kementerian PUPR membentuk Tim Revisi Peta Bahaya Gempa Indonesia untuk menyusun dan mempublikasikan Peta Sumber Gempa Indonesia 2010. Tim revisi ini menjadi cikal bakal pembentukan tim PuSGeN untuk mengembangkan database sumber gempa. Lalu, peta sumber gempa Indonesia yang saat ini berlaku adalah publikasi PuSGen tahun 2017. Publikasi PuSGeN tahun 2017 menyatakan sumber gempa berjumlah 295 (Irsyam et al., 2020). Jumlah sumber gempa ini signifikan jauh lebih banyak dari peta sumber gempa terdahulu tahun 2010 yang berjumlah 85.

Peta Bahaya Gempa Indonesia 2002 (SNI 2002). | Foto: Maipark

Pembaharuan informasi dari tahun 2010 ke 2017 tidak hanya disokong oleh penambahan kejadian gempa dalam rentang waktu tersebut, tetapi juga melalui metode-metode penelitian lain. Pemantauan GPS yang tersebar di pulau Jawa memungkinkan analisis jalur-jalur sesar yang lebih detil seperti pada Zona Sesar Baribis-Kendeng dan sesar Cimandiri (Koulali et al., 2017). Selain itu, perubahan segmentasi megathrust di barat Sumatra dan Selatan Jawa juga memberikan informasi pola kejadian dan periode ulang yang bervariasi di sepanjang sumber gempa terbesar di Indonesia ini, yang meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi hazard seperti dari zona seismic gap di segmen tertentu. Jalur sesar yang bertambah mempengaruhi pola bahaya gempa yang semakin detil yang pada akhirnya membantu perusahaan asuransi dalam penilaian risikonya.

Jika kita melakukan kilas balik dari tahun 2017, yakni data PUSGEN terbaru diterbitkan, hingga saat ini, kita telah melewati banyak kejadian gempa. Beberapa gempa seperti Gempa Cianjur 2022 dan Gempa Bawean 2024 bersumber dari sesar yang belum masuk ke peta PUSGEN 2017. Selain dari kejadian gempa merusak, penelitian gempa juga telah banyak dilakukan dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Salah satunya adalah borehole seismometer yang dipasang oleh ITB dan MAIPARK untuk identifikasi aktivitas sesar Baribis segmen Jakarta. Penelitian ini mampu memberikan estimasi potensi bahaya Sesar Baribis meskipun tidak adanya gempa signifikan dari sesar ini dalam abad terakhir.

PuSGeN berencana untuk mempublikasikan Peta Sumber Gempa Indonesia terbaru dalam waktu dekat. Jumlah sumber gempa Indonesia pasti bertambah dari publikasi 2017. Pemutakhiran sumber gempa Indonesia ini tentu akan segera diadopsi ke dalam tarif dan zonasi baru asuransi gempabumi nasional.

Apakah tarif asuransi gempa serta akan naik seiring dengan penambahan jumlah sumber gempa? Belum tentu, tapi yang pasti adalah tarif asuransi gempa harus dihitung ulang sesaat setelah PuSGeN mempublikasikan Peta Sumber Gempa Indonesia 2024.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pertama Kali Liburan ke Luar Negeri? Siapkan 5 Hal Penting Ini!
Next Post Peluang & Tantangan di Tahun Ular Kayu

Member Login

or