Media Asuransi, GLOBAL – Asuransi kecelakaan pribadi dan kesehatan (PA&H) di Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) yang kuat sebesar 13,4% dari Rp38,6 triliun (US$2,4 miliar) pada tahun 2025 menjadi Rp63,8 triliun (US$4,0 miliar) pada tahun 2029, dalam hal premi bruto tertulis (GWP).
Database Asuransi GlobalData mengungkapkan bahwa pangsa asuransi PA&H dalam keseluruhan industri asuransi Indonesia diproyeksikan tumbuh dari 13,6% pada tahun 2025 menjadi 16,7% pada tahun 2029, dalam hal GWP. Asuransi PA&H diproyeksikan tumbuh sebesar 14,2% pada tahun 2025, didorong oleh tingginya permintaan untuk produk asuransi kesehatan swasta dan kenaikan tarif premi.
Manogna Vangari, Analis Asuransi di GlobalData, mengatakan industri asuransi PA&H Indonesia telah mengalami pertumbuhan dua digit sejak 2022 dan diperkirakan akan mempertahankan tren kenaikan ini selama lima tahun ke depan. Ekspansi yang kuat ini didorong oleh meningkatnya kesadaran kesehatan dan keuangan, yang telah merangsang permintaan akan produk asuransi kesehatan.
|Baca juga: Asuransi Kecelakaan, Kesehatan, hingga EV di Asia Pasifik Tawarkan Cuan Bejibun, Berikut Peluangnya!
“Lebih jauh, penyesuaian harga premi untuk melawan inflasi, ditambah dengan kebangkitan industri pariwisata, diharapkan dapat semakin mendukung pertumbuhan asuransi PA&H,” katanya dalam riset dikutip, Kamis, 3 April 2025.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, masyarakat Indonesia akan kesulitan untuk membeli asuransi kesehatan di tahun-tahun mendatang karena inflasi medis dua digit dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Meningkatnya biaya perawatan kesehatan mendorong perusahaan untuk menaikkan premi guna mempertahankan cakupan yang memadai.
Selain itu, perusahaan asuransi lebih berfokus pada pengusaha kecil dan menengah karena menilai risiko bagi pengusaha besar menimbulkan kesulitan. Dalam upaya mengendalikan peningkatan biaya medis, perusahaan asuransi menghadapi tantangan dari rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan yang menyarankan layanan yang tidak semestinya, yang mendorong mereka menerapkan metode pembayaran penggantian biaya alih-alih opsi non-tunai untuk mengatasi masalah ini.
|Baca juga:Tips Memilih Asuransi Kecelakaan dari Super You
Menurut GlobalData, klaim bruto PA&H umum diperkirakan tumbuh pada CAGR sebesar 10,9% selama 2025–2029 dari Rp8,6 triliun (US$535,9 juta) pada 2025 menjadi Rp13,1 triliun (US$816,3 juta) pada 2029.
Vangari menambahkan tren rasio klaim yang meningkat sebagian disebabkan oleh inflasi medis di negara ini, yang terutama didorong oleh melonjaknya biaya bahan farmasi dan alat kesehatan. “Selain itu, devaluasi mata uang lokal memperburuk tantangan harga, karena sebagian besar bahan baku farmasi dan alat kesehatan bersumber dari luar negeri.”
Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan sedang menyusun Surat Edaran (RSEOJK) tentang asuransi kesehatan untuk mengatasi kenaikan biaya dan rasio klaim terhadap premi. RSEOJK ini akan menciptakan sistem koordinasi manfaat antara penyedia asuransi kesehatan dari perusahaan asuransi, penyedia asuransi syariah, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
|Baca juga: Anak Gowes, Ini Loh Pentingnya Punya Asuransi Kecelakaan Diri
Peraturan ini akan mewajibkan polis asuransi kesehatan untuk menyertakan pembayaran bersama untuk layanan rawat jalan, yang minimal harus sebesar 10% dari total jumlah klaim. Pembayaran bersama ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan layanan medis yang berlebihan dan menurunkan biaya klaim bagi perusahaan asuransi.
Pertumbuhan pariwisata juga mendorong peningkatan asuransi PA&H di negara ini. Sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia mengalami peningkatan pariwisata yang signifikan, dengan kedatangan wisatawan internasional mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 12.658.048 dari Januari hingga November 2024—jumlah tertinggi yang tercatat dalam lima tahun terakhir. Ini menandai peningkatan yang cukup besar sebesar 20,17% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga akhir Desember 2024, jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara telah mencapai 13,9 juta.
Vangari menyimpulkan industri asuransi PA&H masih bergelut dengan berbagai kendala; meskipun demikian, peralihan ke arah digitalisasi dan peningkatan kesadaran publik diharapkan dapat mendorong pertumbuhannya dalam lima tahun mendatang.
“Perusahaan asuransi secara bertahap mengadopsi teknologi untuk menciptakan produk yang lebih fleksibel yang memenuhi kebutuhan pasar. Lebih jauh lagi, penerapan peraturan yang lebih ketat diharapkan dapat memperkuat stabilitas industri.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News