Media Asuransi, GLOBAL – Laporan Into the Cyberverse yang dirilis oleh Howden Re memprediksi premi bruto asuransi siber global diperkirakan dapat meningkat dua kali lipat menjadi US$30 miliar.
Namun, pasar masih didominasi oleh segelintir pelaku besar, dengan lima perusahaan reasuransi teratas menguasai 62 persen pangsa pasar, dan 10 perusahaan terbesar mencakup 87 persen dari total premi bruto yang ditulis atau Gross Written Premium (GWP).
|Baca juga: SEOJK Penguatan Ekosistem Asuransi Kesehatan Siap Meluncur, AAUI Minta Industri Asuransi Berbenah
|Baca juga: AAUI Canangkan Penyusunan Clinical Pathway Nasional untuk Tekan Klaim Asuransi Kesehatan
Dilansir dari Insurance Asia, Rabu, 7 Mei 2025, laporan tersebut juga mencatat adanya pergeseran signifikan dalam pola reasuransi. Porsi quota share cessions turun dari 57 persen lima tahun lalu menjadi 45 persen saat ini.
Sementara itu, minat terhadap reasuransi non-proporsional meningkat karena dinilai lebih efektif dalam mengelola risiko ekstrem (tail risk), sebuah tren yang diperkirakan terus berkembang.
Jika pertumbuhan premi mencapai US$30 miliar, Howden Re memproyeksikan porsi premi yang disalurkan melalui quota share akan turun menjadi 25 persen, dari posisi saat ini sebesar 32 persen. Sebaliknya, penggunaan reasuransi nonproporsional diperkirakan naik menjadi 6,5 persen dari sebelumnya empat persen.
|Baca juga: Bukit Asam (PTBA) Cetak Laba Bersih Rp391,48 Miliar di Kuartal I/2025
|Baca juga: 4 Petinggi GOTO Mundur, Termasuk Wadirut dan Komisaris, Ada Apa?
Dalam skenario ekstrem, yaitu jika terjadi kerugian industri dengan probabilitas agregat melebihi satu dari 200 tahun atau 1-in-200 Aggregate Exceedance Probability (AEP), loss ratio industri bisa melonjak hingga 326 persen, naik dari 272 persen saat ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News