Media Asuransi, GLOBAL – Prudential mengidentifikasi dua tantangan utama dalam pembiayaan transisi iklim. Kedua tantangan yang dimaksud yakni kebutuhan untuk membiayai proyek dari cokelat ke hijau dan kurangnya definisi standar untuk pembiayaan transisi.
Mengutip Insurance Asia, Rabu, 25 September 2024, sebanyak dua whitepaper terbaru Prudential menekankan fleksibilitas di pasar negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika, yang memerlukan pendekatan khusus untuk transisi rendah karbon mereka.
Whitepaper pertama memperkenalkan kerangka kerja milik Prudential yang dikembangkan oleh Prudential, yang mendefinisikan pembiayaan transisi sebagai investasi yang ditujukan untuk mempercepat transisi nol bersih. Kerangka kerja ini berbasis prinsip dan dirancang untuk diterapkan di berbagai manajer aset dan kelas aset.
|Baca juga: Wacana Subsidi BBM Dicabut, Asuransi Kendaraan Bakal ‘Kena Getah’?
|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?
Whitepaper kedua, yang ditulis bersama dengan divisi manajemen aset Prudential, Eastspring Investments, menguraikan cara membangun portofolio transisi iklim di pasar modal. Kerangka kerja Prudential telah didukung oleh Climate Bonds Initiative, sebuah organisasi yang memobilisasi modal untuk aksi iklim.
Sejalan dengan peluncuran itu, Prudential berkomitmen untuk berinvestasi secara signifikan, termasuk US$200 juta sebagai investor pendiri di Catalytic Transition Fund milik Brookfield, yang difokuskan pada energi bersih di pasar berkembang, dan hingga US$150 juta untuk strategi iklim yang dikelola oleh KKR, yang menargetkan proyek-proyek transisi energi di Asia.
Chief Financial Officer Prudential Ben Bulmer menekankan komitmen Prudential terhadap pembiayaan campuran dan peran investasi tersebut dalam memfasilitasi transisi energi, khususnya di Asia, yang menyumbang lebih dari 50 persen emisi karbon global.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News