1
1

Reasuransi Disebut Punya Peran Besar Hadapi Krisis Keuangan Global

Ilustrasi.| Foto: Akseleran

Media Asuransi, GLOBAL – Meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam akibat perubahan iklim menekankan pentingnya peran asuransi dalam menyediakan solusi manajemen risiko. Meskipun ada kekhawatiran terkait risiko yang tidak dapat diasuransikan, namun sektor asuransi tetap memiliki peran krusial dalam menutup kesenjangan perlindungan.

Kepala Eksekutif Guernsey Finance Rupert Pleasant menyoroti pernyataan Ketua Regulator Asuransi Uni Eropa Petra Hielkema, yang menyerukan tindakan segera untuk melindungi Eropa dari risiko iklim. Hielkema mendesak perusahaan, negara anggota, dan masyarakat luas untuk mengatasi peningkatan kerugian akibat bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan.

Dilansir dari laman Insurance Asia, Senin, 30 September 2024, kenaikan harga premi asuransi, dipicu oleh cuaca ekstrem, meningkatkan kekhawatiran bahwa beberapa wilayah akan menjadi tidak dapat diasuransikan.

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Berencana Kibarkan ‘Bendera Putih’, Ini Kata OJK!

Menurut laporan Aon’s Climate and Catastrophe Insight, pada 2023 terjadi 398 bencana besar yang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$380 miliar, dengan kesenjangan perlindungan sebesar US$262 miliar, atau 69 persen dari total kerugian.

Dengan hanya 40 persen dari kerugian ekonomi global yang diasuransikan, kesenjangan perlindungan ini menghambat pemulihan ekonomi dan memicu masalah rantai pasokan. Pleasant menambahkan sektor swasta harus berperan lebih besar dalam menutup kesenjangan ini, dengan meningkatkan kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan asuransi.

|Baca juga: Penjelasan Allianz tentang Izin Pembentukan Unit Usaha Syariah yang Dicabut OJK

|Baca juga: Allianz Syariah Sudah Spin Off, OJK Cabut Izin Unit Usaha Syariah

Menurutnya, pendekatan ini akan membuat asuransi lebih terjangkau dan dapat diakses oleh masyarakat luas, serta mempercepat pemulihan pascabencana. Solusi seperti obligasi bencana juga disebut sebagai alat penting bagi reasuradur untuk mengurangi risiko iklim sekaligus menyediakan modal tambahan bagi pemegang polis.

Laporan Aon menyimpulkan asuransi yang berfokus pada infrastruktur tahan bencana dan energi terbarukan berpotensi menghasilkan premi antara US$8 miliar hingga US$25 miliar.

|Baca juga: OJK Meluncurkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan 2024-2028

|Baca juga: Memahami Apa Itu Dividen Saham, Jenis, dan Cara Menghitungnya

Pleasant menekankan meskipun ada tantangan besar dalam mengatasi risiko bencana terkait iklim, namun sektor asuransi memiliki peluang untuk berinovasi dan menawarkan solusi manajemen risiko yang lebih kreatif.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Permata Bank Perkenalkan Logo Baru
Next Post Industri Asuransi Dianggap Kuno, Generasi Muda Tuntut Perubahan!

Member Login

or