Media Asuransi, GLOBAL – Lembaga riset GlobalData melaporkan pasar asuransi jiwa di Selandia Baru diperkirakan tumbuh sebesar 8,2 persen secara tahunan menjadi US$3,8 miliar dalam premi bruto yang ditulis (gross written premiums) pada 2025.
Laporan ini juga memperkirakan pasar akan mencapai US$4,8 miliar pada 2029, tumbuh dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,0 persen dari US$3,5 miliar pada 2024.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap produk asuransi whole life serta asuransi kecelakaan pribadi dan kesehatan (PA&H), seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan finansial.
|Baca juga: Waspada, Tarif AS Diramal Hantam Investasi dan Likuiditas Industri Perbankan RI!
|Baca juga: Setorkan Aset Inbreng, Bank Banten Rights Issue 11,36 Miliar Saham
“Pemulihan ekonomi, pelonggaran inflasi, dan meningkatnya investasi swasta akan mendorong konsumsi rumah tangga dan permintaan terhadap produk asuransi jiwa,” kata Analis Senior Asuransi GlobalData Kumar Sahoo, dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 23 April 2025.
Namun demikian, ia mengingatkan, tantangan seperti pengangguran tinggi dan tekanan inflasi masih dapat menghambat pertumbuhan tersebut. Ekonomi Selandia Baru yang bertumpu pada sektor pertanian dan jasa diprediksi tumbuh dua persen secara riil pada 2025, naik dari 0,73 persen pada 2023 dan 0,24 persen pada 2024.
Pada 2024, PA&H menjadi segmen terbesar dalam asuransi jiwa Selandia Baru dengan kontribusi 65,3 persen dari total premi. Segmen ini diperkirakan tumbuh dengan CAGR sebesar 6,9 persen selama 2025–2029, didorong oleh kenaikan biaya layanan kesehatan dan peningkatan premi sebesar 10 hingga 15 persen tahun ini.
Berdasarkan data Financial Services Council, persentase penduduk yang memiliki asuransi kesehatan naik dari 32 persen pada 2022 menjadi 37 persen pada 2023.
Sementara itu, asuransi jiwa berjangka (term life) menyumbang 27,8 persen dari premi bruto pada 2024 dan diperkirakan tumbuh dengan CAGR 6,4 persen hingga 2029. Produk ini masih diminati karena harganya terjangkau dan sering digunakan untuk menutupi pinjaman seperti kredit rumah dan pinjaman pribadi.
Asuransi whole life hanya mencakup 3,8 persen dari total premi pada 2024, tetapi mencatat CAGR 19,2 persen pada periode 2020–2024. Hingga 2029, segmen ini diprediksi tumbuh sebesar 8,0 persen per tahun, seiring peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang diperkirakan mencapai 1,3 juta orang pada 2040.
|Baca juga: Bertemu Dubes AS, Sri Mulyani Bahas Tarif Trump, APBN, hingga Makan Bergizi Gratis
|Baca juga: Efisiensi Perjalanan Dinas, Elnusa (ELSA) ‘Booking’ Pelita Air
Harapan hidup saat lahir di Selandia Baru juga meningkat dari 81,6 tahun pada 2015 menjadi 82,9 tahun pada 2024.
Produk asuransi jiwa lainnya menyumbang 3,1 persen dari pasar pada 2024. Namun secara keseluruhan, tingkat penetrasi asuransi jiwa di Selandia Baru masih tergolong rendah yakni 1,3 persen pada 2023, jauh di bawah Korea Selatan (7,4 persen), Hong Kong (15,9 persen), Jepang (6,3 persen), dan Singapura (7,5 persen).
“Meski demikian, biaya hidup yang meningkat dapat menyebabkan kekurangan perlindungan (underinsurance) dan memperlambat pertumbuhan pasar. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan asuransi perlu menghadirkan produk yang inovatif dan memanfaatkan teknologi digital agar asuransi menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses,” pungkas Sahoo.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News