1
1

Benarkah Barang Branded Bisa Jadi Investasi? Cek Faktanya!

Ilustrasi. | Foto: OCBC

Media Asuransi, JAKARTA – Nama-nama brand seperti Chanel, Dior, Balenciaga, Louis Vuitton, Gucci, sampai Hermes seolah punya kekuatan magis tersendiri. Hanya dengan mendengar namanya, banyak orang sudah bisa merasakan aura mewah dan eksklusif yang mereka bawa.

Tas-tas keluaran merek tersebut bisa dibanderol dari belasan, puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Bagi kalangan tertentu, harga selangit itu bukan sekadar gaya-gayaan, tapi juga dianggap sebagai bentuk investasi.

|Baca juga: OJK Imbau Industri Keuangan Siapkan Rencana Inisiatif Hadapi Kemungkinan Terburuk dari Ketidakpastian Ekonomi

|Baca juga: Bos LPS: Kalau Saya di Sini Tandanya Ekonomi Baik-baik Saja

Kualitas yang ditawarkan memang tidak main-main. Desain elegan, bahan premium, dan nilai prestise menjadikan barang-barang ini tak lekang oleh zaman. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap kalau tas mahal atau jam tangan limited edition bisa diwariskan lintas generasi.

Fenomena ini tak cuma terjadi di dunia fesyen. Di Indonesia, tren barang mewah juga merambah ke sepeda. Nama Brompton mungkin sudah sering terdengar, tapi ada lagi yang lebih eksklusif: sepeda Alex Moulton. Seri Jubilee-nya bahkan bisa menyentuh harga Rp150 juta per unit, seperti dilansir dari Bukalapak.

Tentu muncul pertanyaan: apa yang membuat seseorang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk sesuatu yang oleh sebagian orang dianggap bukan kebutuhan primer? Benarkah barang-barang branded ini bisa memberi keuntungan di masa depan? Atau, jangan-jangan nilai utamanya justru lebih bersifat emosional dan simbolis? Mari kita bedah.

|Baca juga: PP Presisi (PPRE) Pertahankan Peringkat idBBB+ dengan Prospek Stabil

|Baca juga: Inilah 5 Calon Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS yang Namanya Diajukan ke Presiden, Termasuk Dirut Jasindo

Memang benar, tas-tas mewah ternama seperti Hermes dan Chanel harganya sanggup meroket jauh dari yang kamu perkirakan hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Apalagi jika tas tersebut merupakan model populer yang sudah langka.

Mengutip dari laman OCBC, Sabtu, 31 Mei 2025, nilai keuntungan yang kamu dapatkan dari investasi tas branded ini bahkan bisa mencapai 14,2 persen per tahunnya. Sementara saham sendiri hanya 11,7 persen dan emas hanya 1,9 persen.

Namun, perlu kamu catat, tak semua model tas branded punya nasib sama. Menurut studi di atas, rules itu hanya berlaku untuk merek ultra-luxury seperti Hermes. Tidak semua merek mengalami fenomena serupa. Faktor regional juga akan menentukan, apakah perubahan nilai tas mewah di Indonesia akan sama dengan di Amerika Serikat? Jelas beda.

Lalu, bagaimana dengan sepeda bermerk seperti Brompton dan Alex Moulton?

Selain tas, merek sepeda yang belakangan ini sedang ramai diperbincangkan adalah Brompton. Sepeda lipat ini harganya memang cukup fantastis untuk ukuran sepeda kayuh. Mata awam tidak akan menyangka bahwa harganya setara dengan beberapa unit sepeda motor matik.

Soal investasi, dilansir dari OCBC, Ahmad Muttaqin yang merupakan Ketua Brompton Monas Cyclists menuturkan bahwa bisa saja sepeda Brompton dijadikan sebagai alat investasi. Tapiiii, ada tapinya. Kalau sepedanya edisi khusus atau sepedanya punya nilai historis, baru deh bisa dijadikan alat investasi.

Jadi, tidak semua merek Brompton bisa dijadikan ladang investasi. Jangan mentang-mentang harga barunya mahal, lalu kita menganggap di hari kemudian harganya bisa jadi lebih mahal. Tentu tidak.

Jadi, worth it atau tidak berinvestasi pada barang branded?

Investasi pada barang branded memang bisa sangat menguntungkan, tetapi risikonya amat besar. Kalau kamu bukan tipe orang yang rajin mengamati pergerakan pasar luxury brands, bisa-bisa malah kamu yang bangkrut. Bukan tidak boleh, tapi sangat berisiko bagi investor pemula.

Untuk pemula, daripada coba-coba investasi berisiko tinggi, lebih baik investasi di hal-hal yang lebih pasti seperti saham, deposito, emas, atau reksa dana. Jenis investasi seperti saham dan reksa dana, dinilai lebih aman karena kamu tidak perlu mengeluarkan modal yang besar, seperti jika kamu berinvestasi dengan barang branded.

|Baca juga: OJK: Perbankan Tengah Memasuki Revolusi Teknologi yang Signifikan

|Baca juga: BI Komitmen Perkuat Fondasi Ekonomi RI Lewat Sinergi Kebijakan Moneter

Bahkan dengan reksa dana, kamu bisa menanam investasi awal dengan uang sebesar Rp100 ribu. Selain itu, dengan investasi-investasi ini kamu juga tak perlu menunggu waktu sampai belasan atau puluhan tahun untuk menikmati hasil investasimu.

Memang hasilnya tidak akan se-wah investasi branded brands, tetapi setidaknya kamu belajar bagaimana cara berinvestasi yang baik, insting investasimu ikut terasah.

Pada akhirnya, pesan kami adalah jangan terburu-buru tergiur tren dan melihatnya sebagai ladang investasi. Tidak ada orang yang pengen uangnya menguap begitu saja untuk membeli sesuatu yang pada akhirnya hanya akan jadi sarang laba-laba.

Editor: Angga Bratadharrma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Profil Lengkap Kunardy Darma Lie, Direktur Utama Baru KB Bank (BBKP)
Next Post Bank ICBC Indonesia Pertahankan Peringkat AAA Outlook Stabil

Member Login

or