Media Asuransi, JAKARTA – Di balik gaya hidup dinamis dan keakraban dengan teknologi, generasi muda masa kini ternyata menyimpan beban yang tak terlihat. Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012 semakin sering dikaitkan dengan isu kesehatan mental.
Melansir laman SMBC Indonesia, Jumat, 27 Juni 2025, survei yang dilakukan Harmony Healthcare IT pada 2022 mencatat 42 persen Gen Z telah secara resmi didiagnosis mengalami masalah kesehatan mental. Ini menunjukkan tingginya tingkat kerentanan yang mereka hadapi.
|Baca juga: Utang Luar Negeri Membengkak 8,2%, Tembus US$431,5 Miliar di April 2025
|Baca juga: Premi Reasuransi Asuransi Umum Anjlok 13,8%, Klaimnya Melonjak 43,7%
Laporan dari American Psychological Association (APA) juga menguatkan data tersebut. Hampir 90 persen Gen Z di Amerika Serikat pernah mengalami setidaknya satu gejala stres seperti rasa kewalahan atau kecemasan berlebihan. Berikut penyebab masalah kesehatan mental Gen Z:
1. Teknologi dan media sosial
Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat seperti akses informasi dan komunikasi yang mudah, namun penggunaannya yang berlebihan dapat berdampak negatif. Media sosial, khususnya, sering dikaitkan dengan perasaan rendah diri, kecemasan sosial, dan Fear of Missing Out (FOMO). Gen Z tumbuh di era di mana media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Sehingga tekanan untuk terlihat sempurna dan membandingkan diri dengan orang lain menjadi sangat besar.
2. Tekanan karier dan akademis
Gen Z juga menghadapi tekanan yang signifikan dalam hal karier dan akademis. Dengan persaingan yang semakin ketat, banyak dari mereka merasa harus mencapai prestasi yang tinggi di sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang baik untuk masa depan lebih stabil. Tekanan ini sering kali menyebabkan stres yang berlebihan dan kecemasan akan masa depan. Ditambah lagi dengan semakin tingginya biaya pendidikan, banyak dari mereka yang juga terbebani oleh masalah keuangan.
|Baca juga: Bos Permata Bank: Ketahanan Bisnis Tidak Hanya Diukur dari Aspek Finansial
|Baca juga: Arief Widyawan Sidarto Diusulkan Jadi Dirut Amman Mineral (AMMN)
3. Tidak stabilnya politik dan ekonomi
Generasi Z tumbuh di lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian politik dan ekonomi. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan perasaan cemas dan stres secara terus-menerus. Gen Z juga sering kali merasa masa depan mereka tidak seaman atau sebaik yang mereka harapkan.
4. Perubahan sosial dan kultural
Perubahan sosial dan kultural yang cepat juga berkontribusi pada masalah kesehatan mental Gen Z. Norma-norma sosial yang berubah, inklusi yang lebih besar dari berbagai identitas gender dan seksual, serta meningkatnya kesadaran akan isu-isu sosial seperti kesetaraan ras dan keadilan sosial, semuanya dapat menambah kompleksitas dalam kehidupan mereka. Meskipun perubahan ini seringkali positif, proses adaptasinya dapat menyebabkan stres dan kebingungan.
|Baca juga: Dorong Perekonomian Indonesia, GoTo Beri Penghargaan untuk 40 Ribu Mitra Gojek dan Gopay
|Baca juga: OJK Sebut Tidak Ada Revisi Target Pertumbuhan Kredit di 2025 Meski Banyak PHK
5. Kurang dukungan kesehatan mental
Meskipun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, tak sedikit Gen Z merasa bahwa mereka tidak memperoleh dukungan yang layak. Stigma sosial yang terkait dengan masalah kesehatan mental masih ada, dan akses ke layanan kesehatan mental terjangkau serta berkualitas pun belum merata. Banyak dari mereka yang merasa tidak tahu ke mana harus mencari bantuan atau merasa takut untuk membicarakan masalah mereka secara terbuka. Akibatnya hal ini dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan. Mulai dari prestasi akademis, produktivitas kerja dan hubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News