1
1

Gawat! Operasional Manufaktur Indonesia Terus Melemah

Jumlah angkatan kerja di Indonesia semakin meningkat. | Foto: setkab.go.id

Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi operasional sektor manufaktur Indonesia terus melemah selama bulan November, sejalan dengan tren terkini. Pesanan baru turun selama lima bulan berturut-turut, sementara tingkat ketenagakerjaan juga menurun.

Namun, ada kabar positif dengan peningkatan produksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan, dan stok diperkuat sesuai ekspektasi pertumbuhan pada tahun mendatang. Kepercayaan terhadap prospek meningkat hingga mencapai level tertinggi dalam sembilan bulan.

Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala di bawah tanda krusial tidak ada perubahan 50,0 yang memisahkan antara pertumbuhan dan kontraksi selama lima bulan berturut-turut. Namun, kenaikan indeks menjadi 49,6 pada bulan November, dari 49,2 pada Oktober, mengindikasikan kondisi operasional sedikit melambat pada periode penurunan saat ini.

|Baca juga: Gawat! Sektor Manufaktur Indonesia Terus Terkoreksi

Faktor utama peningkatan PMI pada bulan November adalah ekspansi produksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir. Pertumbuhan ini terjadi meskipun pesanan baru mengalami penurunan, perusahaan mencatat permintaan barang masih lemah. Panelis terus melaporkan aktivitas pasar yang sepi, ditandai dengan daya beli klien yang lemah.

Pesanan ekspor baru juga menurun selama sembilan bulan berturut-turut, dengan tingkat kontraksi yang lebih tajam. Dengan output meningkat namun pesanan baru turun, produksi berlebih dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan dan membangun inventaris gudang. Tumpukan pekerjaan telah menurun selama enam bulan berturut-turut, meskipun hanya sedikit pada bulan November.

Stok barang di gudang meningkat lebih cepat, dengan pertumbuhan tingkat sedang membantu perusahaan bersiap menghadapi kebutuhan produksi yang lebih tinggi pada bulan-bulan mendatang. Kepercayaan terhadap prospek memang menguat, mencapai level tertinggi sejak bulan Februari 2024.

Perusahaan optimistis bahwa permintaan dan penjualan akan meningkat dalam setahun ke depan, yang diharapkan mendukung produksi. Aktivitas pembelian juga meningkat selama bulan November, naik untuk pertama kali dalam lima bulan.

Tingkat pertumbuhan yang kuat menunjukkan upaya perusahaan untuk mendukung kenaikan output dan membangun stok input sesuai proyeksi positif pertumbuhan. Perusahaan juga melaporkan bahwa pengiriman input sedikit lebih cepat selama bulan Oktober.

|Baca juga: Kesehatan Manufaktur ASEAN masih Stagnan pada Oktober 2024

Namun, ada catatan negatif yaitu penurunan volume tenaga kerja selama dua bulan berturut-turut. Meskipun sedang, tingkat kontraksi merupakan yang paling tajam dalam waktu lebih dari tiga tahun. Perusahaan melaporkan tidak menggantikan karyawan yang keluar, dan dalam beberapa kasus, terjadi PHK.

Terakhir, inflasi harga input naik tipis pada bulan November, meski tetap di bawah rata-rata survei. Ketika harga meningkat, hal ini dikaitkan dengan kenaikan umum harga bahan baku, dengan bahan pangan menjadi salah satu penyumbang utama.

Faktor nilai tukar juga berperan meningkatkan harga barang impor. Perusahaan berupaya meneruskan kenaikan biaya input kepada klien dengan menaikkan harga output dari pabrik. Namun, tingkat inflasi secara keseluruhan masih pada tingkat sedang.

Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan data survei bulan November menunjukkan hasil yang beragam saat menilai kesehatan sektor manufaktur Indonesia.

“Di satu sisi, peningkatan output menjadi kabar baik, karena perusahaan meningkatkan produksi untuk membangun inventaris dan menyelesaikan pekerjaan sebelum terjadi peningkatan penjualan dan permintaan pada tahun depan,” katanya dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 2 Desember 2024.

Namun, sambung dia, yang kurang menggembirakan adalah kinerja penjualan yang terus lemah, turun selama lima bulan berturut-turut pada bulan November. Hal ini membuat perusahaan tetap berhati-hati dalam mempertimbangkan jumlah tenaga kerja, memilih untuk tidak mengganti karyawan yang keluar atau dalam beberapa kasus, melakukan PHK.

“Permintaan adalah kunci bagi kinerja sektor pada masa depan. Tanpa adanya peningkatan penjualan, yang masih jauh dari kepastian meskipun perusahaan optimistis, performa sektor ini kemungkinan akan tetap tertekan dalam waktu mendatang.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Diprediksi Rebound, Ajaib Rekomendasikan Saham TAPG, ISAT, BBRI
Next Post BSI Scholarship 2024 Sentuh 2.300 Penerima Manfaat

Member Login

or