Media Asuransi, GLOBAL – Ekonomi global diperkirakan mengalami perlambatan pada tahun 2024 dan 2025, terutama karena kenaikan suku bunga yang signifikan yang diterapkan oleh bank sentral utama di seluruh dunia. Hal itu disampaikan oleh, Kepala Ekonom di Swiss Re Institute Asia, John Zhu.
Zhu menekankan bahwa dampak terlambat dari kenaikan suku bunga ini dimulai oleh lembaga-lembaga seperti Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank of England.
“Ini akan menyebabkan perlambatan yang tak terhindarkan, dan itulah yang dirancang untuk dilakukan. Akan ada perlambatan ekonomi sehingga inflasi akan kembali sesuai target Bank Sentral,” jelas Zhu, dikutip dari laman Insurance Asia.
Langkah ini yang bertujuan untuk menekan inflasi, menurut Zhu, diperkirakan akan memiliki dampak signifikan bagi ekonomi global.
Dia menyatakan bahwa industri asuransi seharusnya tidak menjadi terlalu puas meskipun diperkirakan angka Indeks Harga Konsumen (CPI) utama akan turun tahun depan. Dia menyoroti bahwa inflasi klaim, yang dipicu oleh layanan atau biaya tenaga kerja, mungkin tetap persisten.
“Banyak dari penurunan inflasi dalam CPI disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah. Namun bagi banyak perusahaan asuransi, inflasi klaim yang mereka lihat dipicu oleh layanan atau biaya tenaga kerja,” ungkap Zhu.
|Baca juga: Resiliensi Indonesia Masih Terjaga di Tengah Dinamika Ekonomi Global
Di wilayah Asia Pasifik, premi asuransi diperkirakan akan meningkat sebesar 2,3% dalam dua tahun mendatang. Zhu mengaitkan pertumbuhan ini dengan kinerja ekonomi yang tangguh di wilayah tersebut, berbeda dengan perlambatan yang diantisipasi di AS dan zona Euro.
Zhu mengharapkan wilayah Asia Pasifik sekali lagi menjadi sumber utama pertumbuhan bagi ekonomi global untuk GDP global.
Secara khusus, di sektor asuransi properti dan kecelakaan, pertumbuhan premi global sebesar 3,4% diperkirakan terjadi pada tahun 2023. Zhu menyoroti bahwa pertumbuhan ini sebagian didorong oleh kondisi pasar yang sulit yang diperkirakan akan berlanjut hingga 2024.
Zhu menilai bahwa beberapa kerugian yang terlihat dalam beberapa tahun sebelumnya, misalnya dari bencana alam, masih memerlukan penyesuaian harga risiko dan pembaruan asumsi dan model.
Selain itu, Zhu menyoroti dampak bertumpuknya inflasi pasca-Covid, yang telah meningkatkan biaya penggantian di area seperti kerusakan properti atau asuransi kendaraan bermotor. Hal ini memerlukan penyesuaian harga risiko yang berkelanjutan dan penting dalam pasar asuransi.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News