Media Asuransi, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025 mendesak negara-negara di dunia untuk memulihkan stabilitas kebijakan perdagangan dan menjalin kesepakatan dagang baru. Hal itu penting guna mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
“Prioritas utama haruslah memulihkan stabilitas kebijakan perdagangan dan membangun kesepakatan bersama yang saling menguntungkan,” tulis IMF, dikutip dari laman resminya, Kamis, 24 April 2025.
IMF menegaskan dunia membutuhkan sistem perdagangan global yang jelas, prediktif, dan mampu mengisi celah dalam aturan perdagangan internasional yang ada saat ini. Laporan tersebut juga mengingatkan lonjakan tarif saat ini berisiko mendorong ekonomi dunia ke dalam stagnasi.
|Baca juga: Pemerintah Dinilai Perlu Berikan Insentif hingga Paket Kebijakan Hadapi Tarif AS
|Baca juga: Kebijakan Tarif Resiprokal Donald Trump Tak Berdampak Signifikan Bagi Tugu Insurance
Negara-negara yang menetapkan tarif justru mengalami penurunan produktivitas akibat peralihan produksi ke sektor yang kurang efisien. Dalam jangka menengah, hal ini akan menurunkan inovasi dan meningkatkan pemburuan rente.
IMF menekankan pentingnya fleksibilitas kebijakan moneter. Negara dengan tekanan inflasi harus merespons dengan pengetatan agresif, sementara negara yang menghadapi guncangan permintaan dapat menurunkan suku bunga.
“Kredibilitas kebijakan moneter akan menjadi kunci dalam kondisi yang penuh gejolak ini,” tegas IMF.
Selain itu, IMF mengingatkan negara-negara berkembang agar membiarkan nilai tukar menyesuaikan sesuai kondisi fundamental, dan melakukan intervensi jika diperlukan. Negara-negara dengan tingkat utang tinggi juga disarankan mulai merancang konsolidasi fiskal secara bertahap dan kredibel.
|Baca juga: Bank BTPN Syariah (BTPS) Bagi Dividen Tunai Rp265,78 Miliar
|Baca juga: Asuransi dan Dana Pensiun Jadi Pahlawan Baru di Proyek Infrastruktur, Bank Kalah Saing?
Menurut IMF, solusi jangka panjang untuk menjaga stabilitas ekonomi global terletak pada reformasi struktural dan investasi jangka panjang, termasuk dalam teknologi seperti kecerdasan buatan dan infrastruktur digital.
Lembaga ini juga menyoroti perlunya menyelaraskan kembali sistem global agar lebih inklusif dan mampu memperbaiki ketimpangan yang diakibatkan oleh globalisasi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News