Media Asuransi, JAKARTA – PMI manufaktur ASEAN naik ke posisi 50,3, di atas titik netral 50,0 untuk pertama kali dalam lima bulan Pertumbuhan output mengalami akselerasi Tekanan harga semakin intensif hingga ke posisi tertinggi dalam sepuluh bulan Data dikumpulkan pada tanggal 11-25 Januari
Data PMI manufaktur ASEAN terkini menunjukkan perbaikan baru pada kondisi pengoperasian di seluruh sektor manufaktur ASEAN pada awal tahun 2024.
Output kembali naik dan pada tingkat paling menonjol sejak bulan Agustus 2023. Penurunan lebih lanjut pada penumpukan pekerjaan mendukung kenaikan produksi, karena keseluruhan pesanan baru turun.
Namun demikian, penurunan terkini pada penjualan merupakan yang paling lemah yang pernah tercatat dalam lima bulan penurunan. Dari segi harga, tekanan inflasi semakin intensif, biaya input maupun output naik pada kisaran terkuat dalam sepuluh bulan.
|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2023 terus Meningkat
Tercatat di atas titik netral 50,0 untuk pertama kali dalam lima bulan, Purchasing Managers’ Index™ (PMI®) Manufaktur ASEAN dari S&P Global naik dari 49,7 pada bulan Desember 2023 ke titik 50,3 pada bulan Januari. Namun, data terkini menunjukkan perbaikan kecil pada kesehatan sektor manufaktur ASEAN.
Output naik selama dua puluh delapan bulan berjalan pada bulan Januari, dan pada laju tercepat sejak bulan Agustus. Kenaikan didukung oleh penyelesaian penumpukan pekerjaan oleh perusahaan, yang turun selama tujuh bulan berturut-turut karena permintaan baru kembali menurun. Penurunan permintaan terutama terjadi di seluruh pasar ekspor, dan menyebabkan penurunan pesanan baru turun secara keseluruhan selama lima bulan berturut-turut.
Namun demikian, tingkat kontraksi merupakan yang paling lemah pada periode saat ini dan hanya marginal. Berkaitan dengan ketenagakerjaan, selama dua kali dalam tiga bulan jumlah tenaga kerja tidak berubah, sehingga menggambarkan keraguan di semua perusahaan untuk perekrutan baru.
Melihat ke depannya, perusahaan manufaktur ASEAN terus menunjukkan optimisme yang kuat berkaitan dengan perkiraan 12 bulan mendatang terkait dengan output. Meski sempat naik pada bulan Desember, tetapi tingkat sentimen positif secara keseluruhan masih di bawah rata-rata angka panjang.
|Baca juga: Sektor Manufaktur ASEAN Terus Berekspansi
Di tingkat nasional, pertumbuhan tercatat di empat dari tujuh negara ASEAN, dengan Indonesia memimpin kenaikan dengan margin yang cukup besar. Sementara itu, penurunan kondisi paling terasa terlihat di Myanmar.
Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan awal tahun membawa perbaikan pada kondisi sektor manufaktur ASEAN meski tergolong kecil.
“Namun demikian, kenaikan secara umum didorong oleh pertumbuhan yang lebih kuat pada output, karena permintaan pelanggan masih lesu dan pesanan baru kembali turun pada bulan Januari,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip, Kamis, 1 Februari 2024.
Kinerja sektor yang lesu menunjukkan bahwa penyusunan staf tidak berubah. Sementara itu, tekanan semakin intensif, dengan tingkat biaya input dan inflasi harga input merupakan yang tertinggi dalam sepuluh bulan.
“Ke depannya, perusahaan manufaktur tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan output di tengah kekurangan permintaan. Akibatnya, kami dapat melihat PMI kembali di bawah 50,0 jika pesanan baru terus menurun. Lebih lanjut, sejumlah tantangan global dan permintaan dari pasar luar negeri yang secara umum menurun terus membebani sektor pada masa mendatang.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News